Download Buku M. Arief Rosyid Hasan

Buku ini berangkat dari kesyukuran. Bersyukur bahwa saat ini saya tengah berada dalam satu fase terbaik dalam kehidupan, yaitu masa muda. Satu fase yang dipenuhi dengan harapan-harapan yang dituju di masa depan. Suatu masa yang bagi saya, begitu berharga untuk dibiarkan berlalu tanpa menyiapkan ikhtiar untuk menuju tercapainya harapan-harapan itu.

Hadirnya buku ini juga didasari kesadaran untuk selalu mengoreksi diri. Begitu banyak persitiwa yang menarik saya untuk dapat meresponnya melalui tulisan. Tentulah dalam pada itu, saya dituntut untuk memiliki bacaan yang lebih luas, pemahaman yang lebih dalam, dan menganalisa dengan lebih teliti. Dan dari apa yang saya tulis, dengan sendirinya pembaca dapat mencermati dan menilainya.

Argumen yang tertuang dalam buku ini berasal dari diskusi saya dengan banyak sahabat. Tulisan-tulisan yang tersaji menunjukkan hasil dari proses tersebut. Di mana kami berdiskusi, saling berbagi informasi, bertukar pandangan, dan beradu argumentasi. Inilah yang mendorong saya terus belajar untuk mencermati, memaknai, dan memberikan perspektif berbagai peristiwa dan persoalan melalui tulisan. 

Tulisan yang terhimpun dalam buku ini merupakan refleksi saya yang pernah dipublikasikan oleh Harian Republika, Koran Sindo, Locita dalam rentang 2015-2019. Dalam hal ini saya tidak bisa melupakan peran dari para sahabat di “meja redaksi” yang telah bermurah hati membuat tulisan tersebut layat untuk disajikan, sehingga dapat menjumpai publik pembaca yang lebih luas. 

Melalui buku ini saya ingin menyapa para sahabat, terutama para aktivis kampus yang sangat akrab dengan tradisi diskusi, membaca, dan menulis. Tradisi yang melatih generasi kita untuk mengkaji, menguji, dan merumuskan kembali sebuah gagasan dan pemikiran.

Saya berharap para pembaca menemukan sesuatu dari buku ini yang dapat kita diskusikan kembali, sembari berpikir untuk bersama-sama menindaklanjutinya. Silahkan diunduh.

Galeri Buku

Masjid Al Hilal atau Masjid Tua Katangka adalah saksi bagaimana penyebaran agama Islam dilawali oleh para ulama lewat pemuda, yaitu Sultan Alauddin, raja Gowa yang saat itu berusia sekitar 17 tahun. Sultan ini juga yang kemudian mendukung penyebaran dakwah Islam ke seluruh Sulawesi Selatan.

Empat abad berlalu, DMI dan Irmahi Katangka, menyadari visi ulama masa lampau, bahwa dakwah Islam harus mengarusutamakan para pemuda.

Lewat kegiatan Tablig Akbar dan Halalbihalal, bertajuk ‘Kebangkitan Kaum Muda Milenial Literat dan Enterpreneurship dari Masjid’, kami membawa misi dakwah Islam kepada para milenial dan Generasi Z. Islam yang toleran dan damai lewat kesadaran literasi dan pemberdayaan ekonomi.

Dan saya bangga dipercayakan untuk berbagi di acara ini. Di hadapan para generasi muda calon pelanjut estafet negara, bangsa, dan Islam ini.

drg. M. Arief Rosyid
Anggota Pokja Pelayanan Kepemudaan