Inspiring Monday
Dapatkan informasi terbaru Inspiring Monday melalui email dengan melakukan Subscribe
Fakta Menarik Kampanye Gen-Z: Ada yang Marah karena Isu Kesehatan Mental Dianggap Remeh
Salah satu privilese menjadi bagian dari tim pemenangan adalah berjumpa dengan lebih banyak elemen masyarakat, mendengar langsung curhat mereka. Tak jarang, kami juga menerima inspirasi atau gagasan baru untuk pembangunan ke depan.
Beberapa curhat yang berkesan sering saya bagikan pada berbagai forum. Salah satunya, saat saya menghadiri talk show dan ‘kongkow’ yang digelar Jakarta Awet Muda. Topik utama pembahasan adalah ruang yang aman dan jaminan kebebasan berekspresi untuk anak muda Jakarta.
Salah satu pembicara, perempuan dari generasi Z, lantang menyampaikan pendapatnya. Ia marah, karena menurutnya masih banyak yang meremehkan pentingnya upaya untuk mengatasi gangguan kesehatan mental. Ia juga adalah survivor. Selain mengalami masa-masa sulit, ia juga harus keluar biaya tak sedikit untuk konsultasi ke profesional di bidang kesehatan mental. Oleh karenanya, dia sangat apresiatif ketika Ridwan Kamil – Suswono memperkenalkan program Mobil Curhat. Menurutnya, program tersebut dapat sangat membantu warga yang masih ragu atau sudah ingin mendapat pertolongan medis tapi terkendala akses dan biaya.
Bicara soal kesehatan mental, penderita skizofrenia di Jakarta tidak bisa dianggap enteng. Sekitar 11 ribu menjalani pasien rawat inap. Sedangkan sekitar 55 ribu menjadi pasien rawat jalan. Artinya, lebih dari 60 ribu warga adalah penderita penyakit kesehatan mental tingkat berat. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, DKI Jakarta memiliki persentase penderita gangguan jiwa tertinggi di Indonesia, yaitu 24,3%.
Sehingga, kita patut mengapresiasi solusi Ridwan Kamil – Suswono untuk memerhatikan mereka yang berpotensi terkena gangguan kesehatan mental, atau mereka yang rawan tidak terdeteksi.
Para pembaca, mari salurkan suara kita, untuk Jakarta yang lebih baik.
Sebagai orang muda, gunakanlah peran kita ini, untuk perubahan.
Sensasi Nonton Timnas vs Jepang, Sangat Terasa Dukungan dan Kesetiaan Pemain ke-11
Jumat (15/11), Timnas Indonesia menjamu Jepang dalam lanjutan Kualifikasi AFC Asian Cup 2024. Bertempat di GBK, para suporter sudah mulai berdatangan sejak sore hari. Kick off dimulai pada Pukul 19.10 WIB, di tengah guyuran hujan yang cukup deras.
Di sebelah timur tribun, terlihat kekompakan para Ultras Garuda dengan kertas berwarna merah dan putih yang diacungkan ke udara. Selama dua babak, dari bangku Ultras Garuda ini tak berhenti diperdengarkan yel-yel dengan iringan tabuhan drum.
Sementara, di sebelah barat tribun, sebelum peluit kick off, terlihat koreo raksasa bergambar godzilla biru yang sedang mendapat perlawanan sengit dari naga berwarna merah. Koreo ini ditambahkan dengan teks “Untungnya Ku Tak Pilih Menyerah”, seperti potongan syair lagu Bernadya yang sedang naik daun.
Selebihnya, pertarungan berlangsung seru. Pada babak pertama di menit-menit awal, Timnas tampil sangat percaya diri, dan bahkan menghasilkan beberapa peluang. Sayangnya jelang akhir babak kedua, Jepang mencetak dua gol, sehingga Timnas tertinggal. Meski sempat ada peluang-peluang yang membuat suporter histeris, hingga peluit akhir, Jepang membukukan keunggulan. Skor final 0-4 untuk pertandingan ini.
Berikutnya, 19 November, Timnas kembali tampil dan menjamu Arab Saudi di GBK. Pertandingan ini pasti lebih seru, dan kembali membakar asa Timnas kita. Untungnya, Timnas kita, Ketum PSSI kita, tak pilih menyerah. Saya mengutip ungkapan dari Bang Erick. Bahwa, kita harus percaya terhadap project ini. Kita harus percaya, kita bisa bangkit bersama dan menata sepakbola, olahraga terpopuler di negara kita, berjaya dan terus jadi kebanggaan kita bersama.
Hari Pahlawan dan Sikap Pantang Menyerah
Tanggal 10 November 1945, pasukan Inggris memerintahkan tentara dan pasukan Indonesia untuk menyerahkan senjata. Kedatangan pasukan Inggris tak sendiri, tergabung juga pasukan Belanda. Inggris dan Belanda membentuk kongsi yang dikenal dengan NICA.
Rangkaian peristiwa sebelum Inggris meminta penyerahan senjata telah dimulai pada 25 Oktober 1945. Hari itu, pasukan NICA pertama kali mendarat di Surabaya. Para pasukan menyerbu penjara dan membebaskan tawanan yang ditahan Indonesia. Karena terjadi perlawanan sengit, pada 10 November itulah Mayor Jenderal Eric Mansergh memerintahkan tiga poin. Pertama, agar seluruh pemimpin pasukan Indonesia di Surabaya melaporkan diri. Kedua, agar seluruh senjata milik Indonesia di Surabaya diserahkan. Dan, ketiga, agar pada 10 November Pukul 06.00 pagi, pihak Indonesia mau menandatangani kesepakatan menyerah.
Namun, para pahlawan kita tidak bergeming. Mereka tak mengindahkan permintaan Inggris tersebut. Sikap tersebut membuat Inggris menyerang Surabaya dari darat, laut, dan udara. Pahlawan asal Surabaya, Bung Tomo, lewat siaran udara RRI justru membakar semangat juang tentara dan berbagai lapisan masyarakat yang melawan. Termasuk di antara mereka yang memimpin perlawanan, adalah tokoh agama, K.H. Hasyim Asyhari, K.H. Wahab Hasbullah, para santri, dan masyarakat sipil.
Puncak gestur perlawanan bangsa kita ditunjukkan dengan dirobeknya bendera Belanda hingga menyisakan warna merah dan putih.
Tanpa rangkaian peristiwa tersebut, mustahil kita menikmati kemerdekaan seperti hari ini, dan kita takkan mengenal 10 November sebagai Hari Pahlawan.
Dari kisah sejarah tersebut, kita dapat merefleksikan, bahwa perjuangan tidak berjalan dalam satu momentum, tetapi memiliki suatu rangkaian. Selain itu, perjuangan juga harus dilandasi solidaritas akan tujuan yang lebih besar, yang lebih luhur.
Selamat memperingati Hari Pahlawan.
Mari terus membuka lembar demi lembar cuplikan sejarah perjuangan para pahlawan kita. Teladani semangat mereka, agar kemerdekaan ini abadi, hingga anak cucu kita.