Dengan terbitnya tulisan ini, maka, Alhamdulillah saya sedang menjalani jelang berakhirnya rangkaian ibadah haji. Menjadi salah satu dari dua juta individu yang berhaji adalah perjalanan magis untuk saya pribadi. Selain melaksanakan satu demi satu rukun haji, pengalaman ini juga mengantarkan saya untuk lebih banyak beribadah, mendengarkan sesi demi sesi ceramah agama, dan merasakan langsung solidaritas sesama warga dunia.
Umat Muslim dari berbagai benua hadir di Tanah Suci, salat dan keliling kiblat yang sama, serta menggunakan pakaian ihram putih-putih tanpa ada beda. Pangkat, jabatan, titel keturunan dilepas. Jalinan doa demi doa dipanjatkan, menuju insan yang lahir kembali, sesuai janji-Nya, menjadikan suci orang yang telah berhaji.
Rasulullah SAW bersabda: “Dari sahabat Abu Hurairah RA, dari Nabi Muhammad Saw, ia bersabda: “Siapa saja yang berhaji, lalu tidak berkata keji dan tidak berbuat dosa, niscaya ia pulang (suci) seperti hari dilahirkan oleh ibunya,’” (HR Bukhari, Muslim, An-Nasai, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Selain perjalanan spiritual yang one of a kind, berhaji bagi saya juga berarti merasakan kesalehan sosial. Kita tak hanya menjahit hubungan personal dengan Tuhan, tetapi juga mengejawantahkan ibadah kita yang dicerminkan dengan komitmen terhadap nilai moral dan etika, serta peduli atas kesejahteraan sesama manusia.
Dilengkapi persatuan dan kebersamaan, individu yang sedang berhaji berlomba-lomba untuk berbagi dan saling mendukung. Dalam perjalanannya, terbangun pula kesabaran kolektif dan toleransi.
Barangkali pembaca sudah menyimak curahan-curahan hati para jemaah, ataupun informasi terbaru dari Tanah Suci lewat berbagai media. Ibadah haji tahun ini diuji dengan cuaca yang ekstrem. Belum lagi, sebagaimana pelaksanaan haji dahulu, ujian fisik dan mental pasti menimpa para jemaah. Namun, untuk mencapai haji yang mabrur, seluruh jemaah mengenyampikan rasa tidak nyaman, tetap bangkit meski sakit, dan di saat yang sama, tetap mengupayakan untuk saling mendukung sesama jemaah.
Alangkah sempurnanya nilai-nilai kesalehan sosial tadi jika berhasil kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tak hanya kita mampu sedikit demi sedikit sejahtra lahir dan batin. Solidaritas dengan warga dunia juga mampu sekali lagi menggebrak ketidakadilan yang sedang terjadi di Palestina.
Semoga saudara-saudaraku di Tanah Air dalam keadan sehat dan sejahtera, serta terinspirasi bahkan tergerak untuk bersama kita wujudkan kesalehan sosial dari lingkup terkecil kita.
Salam hangat dari Makkah.