Kamis, 20 Juni 2024 lalu adalah pertama kalinya Film LAFRAN ditayangkan di bioskop se-Indonesia. Sebulan sebelumnya, Majelis Nasional (MN) Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) menggelar roadshow ke berbagai kota untuk mempromosikan film ini.
Film LAFRAN sempat tertunda tayang ke bioskop setelah sebelumnya telah terlaksana syuting pada tujuh tahun yang lalu. Teman-teman yang sudah nonton Film LAFRAN pasti tahu, ada scene di awal film yang menampilkan sosok Lafran Pane saat masih kanak-kanak. Lafran saat kecil diperankan oleh Nabil Lunggana. Saat itu, Nabil masih ‘bocil’, namun kini, di dunia nyata, Nabil sudah beranjak dewasa.
Tertundanya film ini tentu dengan berbagai dinamika. Namun, tentu ada hikmahnya. Koord. Presidium MN KAHMI, Bang Ahmad Doli Kurnia selalu menyampaikan pada berbagai kesempatan, bahwa dalam tahun ke tahun berproses, Film LAFRAN ini memungkinkan berlanjutnya kaderisasi dan regenerasi. Termasuk, ketika saya mulai ikut ambil peran dalam film ini, pada Mei tahun lalu.
Lantas, setelah film ini mendapat sambutan cukup baik dari audiens di tanah air, tak sedikit yang bertanya ke saya. “Apa sih, yang menggerakkan kenapa mau repot-repot terjun untuk urus film ini?”
Jawaban saya sederhana: sebenarnya, perjuangan untuk menyebarkan nilai-nilai keumatan dan kebangsaan ini adalah perjuangan yang sudah dijalankan oleh para founding fathers kita. Hanya saja, menuntaskan produksi Film LAFRAN dan mewujudkannya untuk dapat dinikmati di layar sinema adalah cara yang mengikuti perkembangan zaman.
Kita tahu, film adalah salah satu media komunikasi untuk menebarkan gagasan, inspirasi, maupun wawasan. Oleh karenanya, HMI juga perlu membuat terobosan baru dengan memanfaatkan medium ini.
Saya berharap, kehadiran film ini membuka khazanah baru. Apalagi, Film LAFRAN tidak berpusat pada pendirian HMI semata, tetapi juga perjuangan untuk menjadikan umat dan bangsa ke arah yang lebih baik.