Arief Rosyid Hasan (Ketum PB HMI 2013-2015, Ketua Komite Pemberdayaan dan Pembinaan Pelajar, Mahasiswa, dan Kepemudaan PP MES 2020-2023)

Tidak sedikit yang terkejut, H. Erick Thohir terpilih kembali untuk periode kedua dalam Munas MES. Bagi yang tidak mengenalnya dengan baik, wajar saja kaget, seperti kata pepatah “tak kenal maka tak sayang”. H. Erick Thohir dianggap memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam memperkuat ekonomi dan keuangan syariah dalam perekonomian nasional.

Masyarakat Ekonomi Syariah didirikan oleh para tokoh Islam pada 26 Maret 2000, dan dideklarasikan keesokan harinya di Jakarta. MES sejak lama dianggap sebagai lokomotif ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. Mulai berjuang dari hulu dengan mendorong kebijakan, hingga di hilir dengan berbagai agenda pemberdayaan masyarakat.

MES juga menjadi wadah yang inklusif dalam menghimpun seluruh sumber daya ekonomi dan syariah yang ada serta membangun sinergi antar pemangku kepentingan. Pengurusnya datang dari berbagai komponen masyarakat Indonesia, misalnya dari mereka yang datang dari latang belakang agama dan etinis yang berbeda.

Jauh sebelum namanya kini populer, H. Erick Thohir adalah murid dari begawan ekonomi kerakyatan dan keumatan yakni H. Adi Sasono. Agresifitasnya dalam mendobrak hegemoni ekonomi kaum konglomerat komersial agar berpihak pada rakyat diakui dunia, seperti ditulis dalam The Washington Post (2/3/1999).

Ilmu dan komitmen dari Sang Guru inilah yang membuat narasinya dalam banyak panggung politik menjadi menarik. Misalnya, dalam pidato pertanggungjawaban Munas MES kemarin, H. Erick Thohir menekankan pentingnya penerapan ekonomi Pancasila dan keumatan dalam pengembangan ekonomi syariah untuk pemerataan sekaligus mencegah disparitas pelaku usaha besar dengan kecil.

Lanjutnya, “MES harus berperan aktif melahirkan yang tidak ada menjadi ada, yang kecil menjadi menengah, yang menengah menjadi besar. Itulah yang namanya ekonomi Pancasila, ekonomi keumatan, yang kita harapkan ke depan. InsyaAllah kami pengurus MES akan berupaya maksimal untuk menjaga kesejahteraan dan pemerataan ekonomi yang ada di Indonesia”.

Dengan tangan dinginnya, kini Indonesia punya BSI (Bank Syariah Indonesia) sebagai Bank syariah terbesar dengan aset Rp. 314 triliun, peringkat no.6 diantara bank konvensional lain. Katanya, kita sejak lama bicara ingin mamajukan ekonomi dan keuangan syariah, tapi tidak punya bank syariah yang besar. Selain itu, BUMN bersama BPKH juga ikut terlibat menyelamatkan Bank Muamalat sebagai aset umat, Bank Syariah Pertama di Indonesia.

Komitmen Penuh Pada Umat dan Bangsa

Sewaktu Ketum ICMI H. Adi Sasono, tahun 2001 adalah masa yang dianggap sulit bagi Republika. Seperti yang sudah diketahui bersama, Republika sejak 1993 adalah aset umat yang dilahirkan oleh kalangan komunitas muslim bagi publik Indonesia, media yang berpihak pada agenda keumatan dan kebangsaan.

Menurut cerita yang diterima dari Kak Tatat Rahmita Utami, pernah sebagai Kepala Kantor ICMI juga sebagai putri Alm. Utomo Dananjaya. “H. Adi Sasono sebagai Ketum ICMI, datang ke Republika dan mengabarkan akan meminta dua kadernya, tokoh muda yakni M. Lutfi dan Erick Thohir untuk bisa memberi suntikan dana dan menyelematkan Republika.”

Usia H. Erick Thohir waktu itu masih sekitar 31 tahun, dipercayakan memegang media yang diharapkan mampu terus menyuarakan kepentingan umat dan bangsa. Alm. Adi Sasono memang dikenal sebagai mentor dan pembuka jalan anak muda yang dianggap memiliki komitmen keislaman keindonesiaan. Beliau berani pasang badan terhadap kadernya, tokoh muda masa depan.

Belum lama ini, H.Erick Thohir diamanahkan sebagai Ketua Panitia 1 Abad Nahdlatul Ulama. Tentu tanpa hati yang tulus dan komitmennya selama ini, mustahil seorang dapat tanggung jawab sebesar itu. Tanpa restu muassis dan masyaikh NU, mustahil rasanya seorang H. Erick Thohir dapat memimpin perayaan seratus tahun sekali tersebut.

Kisah H. Erick Thohir akan terus menjadi menarik dalam percaturan ekonomi politik di Indonesia. Jika garis tangan berpihak kepadanya, ia akan melanjutkan perjalanannya ke hal yang lebih besar. Karakter kepemimpinan dengan hati, keberpihakan pada umat dan bangsa, akan memuluskan setiap langkah pengabdiannya untuk Islam dan Indonesia.