Kemajuan Aceh adalah kemajuan kita semua, termasuk Bank Syariah Indonesia. Jelang akhir pekan hingga hari Minggu, 3 September, saya berkunjung ke Aceh. Salah satu agendanya adalah melihat perkembangan proyek Gedung BSI Aceh. Gedung ini digadang-gadang menjadi landmark atau bangunan yang menonjol di daerah ini.

Kini, rasio pembiayaan (FDR) BSI Aceh mencapai sekitar 120 persen. Artinya kontribusi BSI bagi masyarakat Aceh sudah lebih besar dari apa yang kami dapatkan. Persentase ini merupakan luar biasa di tengah keraguan banyak pihak terhadap kinerja rekan-rekan di Aceh selama ini.

Aceh merupakan etalase ekonomi syariah di Indonesia. Dengan dasar hukum yang menjadi penanda keistimewaan Serambi Mekkah, BSI turut menjadi entitas yang larut dalam kekhasan Aceh.

Melihat dari Dekat Progres Gedung Landmark BSI Aceh

Sebelum tiba di Aceh, saya sempat mampir di Lhokseumawe untuk menjadi pemateri pada Latihan Kepemimpinan (LK) 2 HMI cabang Takengon. Senang sekali bisa bersua dengan anak-anak muda nan bersemangat, yang datang dari berbagai daerah di Sumatra. Terlebih, dari sekitar 30 peserta LK2, banyak srikandi yang mengikuti pelatihan ini.

Berikutnya, saya sempat bergeser ke Gayo, dan melancong ke Danau Laut Tawar. Danau Laut Tawar adalah sebuah danau dan kawasan wisata yang terletak di Dataran Tinggi Gayo, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh. Di sisi barat danau ini terdapat sebuah kota kabupaten yaitu kota Takengon, yang juga merupakan ibu kota Kabupaten Aceh Tengah.

Yang tak kalah berkesan dari kunjungan saya saat ini, adalah mencicipi kopi wine asli Tanah Gayo. Dan akhirnya, saya juga menghadiri pertemuan dengan pimpinan BUMN di Aceh, bertempat di Gedung BSI UMKM Center Aceh. Alhamdulillah seluruh rangkaian kegiatan di Aceh berjalan lancar, dan saya tiba di ibu kota dengan hati yang penuh dan energi yang selalu bertambah.