Arief Rosyid Hasan
Founder MudaPro Indonesia, Ketum PB HMI 2013-2015

“Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.”
“Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.”
“Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”

Tiga kalimat dalam sumpah pemuda di atas mengulang frase “Kami Putra dan Putri Indonesia”, menunjukan adanya penegasan dan pengukuhan diri anak muda untuk bersatu dan berdaulat. Kemudian, diteruskan oleh pengakuan bertumpah darah satu, berbangsa yang satu, dan menjunjung bahasa persatuan. Pengakuan untuk mempersatukan darah, bangsa, dan bahasa merupakan semangat patriotisme yang tergabung dalam diri anak muda, meskipun Sumpah Pemuda pada masa itu tidak berstatus legal-formal. Sebab, pada tahun 1928, negara Indonesia belum terbentuk. 

Dalam konteks Sumpah Pemuda pertama kali dibacakan, tentu pengakuan tersebut ditujukan kepada para kolonial. Bahwa meskipun penjajah masih menduduki tanah kami, ada beberapa hal yang tidak bisa dijajah yaitu jati diri, persatuan, dan semangat sebagai suatu bangsa, utamanya sebagai anak muda yang berdaulat. 

Hingga hari ini, 28 Oktober 2023, peringatan Sumpah Pemuda adalah momen terbaik dan penuh makna yang selalu dirayakan karena dianggap memiliki ruh persatuan yang sangat kuat, yang merupakan ungkapan orisinil dan otentik, dari hati nurani seluruh bangsa dari Sabang hingga Merauke.

Memilih dan Memimpin

Pada tahun 2024 yang akan tiba sebentar lagi, Indonesia akan menyelenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) serentak di seluruh Indonesia. Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia atau KPU RI telah menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Nasional untuk Pemilu 2024 sebesar 204.807.222 jiwa. Kabar baiknya, pada perhelatan Pemilu 2024, persentase pemuda mencapai tingkat mayoritas pemilih, yakni di angka 52 persen atau sekitar 107 juta pemuda akan menjadi pemilih. Hal itu merupakan angin segar di tengah visi misi bangsa mencapai bonus demografi. Artinya, pemuda memiliki peluang sebagai penentu ke mana negara ini akan berlabuh. Pada titik tersebut, pemuda harus mengambil peran yang besar untuk perpolitikan Indonesia. Entah menjadi pemilih yang bijak, yang paham terhadap peta politik, serta pemahaman yang mendalam tentang kebangsaan, ataupun menjadi pemuda yang akan menduduki kursi-kursi dalam pemerintahan.  

Menjelang Pemilu, penting melihat sosok representatif dari kalangan pemuda yang bisa menjadi pemimpin.  Pemuda yang memiliki keberpihakan terhadap suara-suara anak muda. 

Saat ini, tidak dapat dipungkiri jika banyak pemuda yang apatis terhadap politik di Indonesia. Masih ada stigma bahwa dunia politik itu kotor, ganas, dan jauh dari kata baik, yang barangkali diakibatkan oleh kepercayaan mereka yang berkurang terhadap lembaga politik. Padahal kenyataannya, politik adalah hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan bermasyarakat. Politik juga merupakan alat paling efektif untuk membuat sebuah perubahan dan kemajuan bagi negara. 

Pada momen inilah kita perlu sosok pemuda yang membuka gerbang kesempatan untuk golongan pemuda dalam berkarya, bersuara, dan berperan dalam perubahan Indonesia ke arah yang lebih baik.

Optimisme Pemuda

Sejauh ini, kita sudah melihat bagaimana peran pemuda, di masa lalu, masa sekarang dan harapan baru menyongsong masa depan dengan potensi bonus demografi. Di masa lalu, Indonesia memiliki pahlawan-pahlawan yang mengobarkan semangat nasionalisme dalam melawan penjajah. Di masa sekarang, pemuda memiliki tugas untuk menjaga dan mengisi kemerdekaan. Peran pemuda saat ini tidak bisa diremehkan, dalam bidang politik kita melihat bahwa tren partisipasi politik pemuda mengalami peningkatan. Dalam bidang ekonomi, berkembang pesat UMKM-UMKM oleh pemuda yang cukup mampu bersaing dengan brand besar dan internasional. Selain itu, isu yang juga sama penting dan sangat urgen dibicarakan yaitu lingkungan atau krisis iklim.

Dalam bidang pelestarian lingkungan dan kesejahteraan sosial-ekonomi, muncul berbagai inovasi dari pemuda, misalnya ada brand Sukkha Citta, yang secara sukses menempatkan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat desa sebagai pilar-pilar penting bisnisnya. Sukkha Citta mendapatkan sertifikasi B Corp dan Ethically Handcrafted sebagai standar pelopor fesyen berkelanjutan. Industri fesyen berkelanjutan yang mendapat dukungan dari sejumlah pihak berdampak pada perubahan perilaku konsumen yang kini mulai cenderung memilih dan beralih pada material yang ramah lingkungan, upcycle hingga reuse. Usaha ini didirikan oleh seorang pemuda bernama Denica Riadini-Flesch yang awalnya merasa resah dengan para perajin kain di daerah yang tidak mendapat upah yang layak.

Dari banyaknya peran pemuda yang telah kita rasakan manfaatnya, menunjukkan bahwa Indonesia tidak kekurangan pemuda hebat. Pemerintah, ulama, pendidik, dan pemuda sendiri lah yang harus mengelolah potensi-potensinya, begitu pula dalam memilih pemimpin. Dan dalam konteks ini, kita membutuhkan pemimpin muda yang bisa melanjutkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Menjelang Pemilu 2024, kita membutuhkan calon pemimpin muda yang benar-benar mampu menggerakkan kembali sumpah pemuda dalam program-program yang relevan dengan masa sekarang, sehingga mampu melahirkan Indonesia yang percaya diri terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Generasi Milenial harus memiliki penguasaan ilmu yang lebih lengkap dibanding generasi lain. Dari Sumpah Pemuda 1928 menuju Indonesia yang benar-benar satu, utuh, dan percaya diri.