Masyarakat luas, termasuk saya juga pada awalnya, mengira, dengan hadirnya Artificial Intelligence (AI), kebutuhan tenaga kerja akan semakin sedikit. Kita membayangkan suatu pabrik yang tadinya tiap assembly line dikerubuti pekerja manusia, kini telah terganti dengan tangan robot dan perintah komputer terpusat.
Tapi, mengilustrasikan kehadiran AI dalam hidup kita, tidak sepenuhnya tepat dengan kondisi pabrik terotomatisasi seperti contoh di atas.
Mas Ismail Fahmi, pendiri Drone Emprit yang juga alumni S2 dan S3 dari Groningen University, Belanda. Beliau adalah ‘anak IT tulen’, karena sejak pendidikan sarjana sudah fokus pada bidang teknologi informatika.
Menurut Mas Ismail, kehadiran AI justru semakin membuat strategis peranan talenta di berbagai bidang keilmuan. AI menyediakan informasi yang bersifat umum dan hasil dari pengumpulan data-data open sources di internet, baik dari artikel berita, jurnal, postingan di media sosial, dan seterusnya. Hasil pencarian dari teknologi AI juga sangat tergantung dari khazanah pengetahuan si pemberi query. Berikutnya, hasil pencarian tersebut pun, masih harus pula divalidasi sesuai dengan konteks yang aktual atau sudut pandang yang diinginkan pemberi query.
Mas Ismail juga setuju, bahwa Indonesia harus memiliki suatu directory untuk memetakan talenta-talenta muda terbaiknya. Oleh karena itu, para ekspert dari generasi muda bisa memiliki peranan, yang sesungguhnya saling memperkuat teknologi digital yang sudah eksis, termasuk pula dengan AI.
Saya bersyukur, dapat memperpanjang silaturahmi dengan Mas Ismail. Kunjungan beliau ke Fanta HQ untuk sharing pada Jumat (30/08) kemarin adalah suatu kunjungan balasan, setelah dua pekan sebelumnya, saya dan tim bertandang ke kantor dan kediaman beliau di wilayah Jagakarsa. Alhamdulillah, dapat ilmu, dan saat itu dapat suguhan melon Jepang yang sangat manis, hasil dari pertanian hidroponik yang digeluti oleh Mas Ismail.
Panjang umur ilmu pengetahuan, panjang umur berkat silaturahmi!