Arief Rosyid Hasan
Ketua Umum PB-HMI 2013 – 2015
Founder Merial Institute
Ramadhan telah tiba di penghujung hari. Gema takbir telah berkumandang. Tanda hari baru telah tiba. Hari Raya Idul Fitri ini adalah perayaan kemenangan kita atas latihan pengendalian diri selama sebulan lamanya. Kemenangan yang diraih melalui refleksi sosial dalam berpuasa, kedisiplinan dalam beribadah, serta transformasi batin dalam setiap shalat malam yang kita dirikan.
Hari ini juga adalah hari dimana tangan terbuka untuk saling memaafkan, baik dengan diri sendiri maupun dengan sesama. Dengan hati yang bersih, tentu hidup menjadi lebih ringan untuk dijalani. Selain itu, Idul Fitri juga menjadi momen yang tepat bagi kita untuk menjadi versi yang lebih baik dari kita. Jika sebelumnya, kita memiliki kebiasaan yang kurang baik, inilah waktunya untuk berubah.
Idul Fitri adalah waktu bersiap. Bersiap untuk menjalani sebelas bulan ke depan di luar Bulan Ramadhan dengan diri kita yang lebih baik. Karena tantangan yang sebenarnya bukan berada di Bulan Ramadhan, tetapi justru ada di sebelas bulan di luar Bulan Ramadhan. Tantangan untuk tetap istiqamah dalam ibadah serta mengendalikan hawa nafsu kita.
Momen Idul Fitri kali ini juga terasa Istimewa bagi saya. Karena selain hal yang saya tuliskan di atas, saya juga mendapatkan amanah yang baru. Tentu ini dapat dilihat sebagai sebuah ujian sekaligus anugerah dari Allah SWT. Ia menjadi ujian atas seberapa besar tanggung jawab, keikhlasan, dan keteguhan dalam menjalani peran yang dipercayakan kepada saya. Tetapi juga menjadi anugerah karena diberikan kepercayaan dan penghargaan yang terdapat di dalam amanah tersebut.
Mengutip pepatah kuno Belanda, “Leiden is Lijden,” memimpin adalah menderita. Bagi saya, amanah adalah sesuatu yang mengajarkan tentang tanggung jawab, pengorbanan, dan ketulusan dalam mengabdi. Amanah adalah kerelaan kita untuk dapat berpikir dan bekerja di luar zona nyaman kita. Dan segala yang kita lakukan ini tentu bukan untuk diri kita sendiri, melainkan untuk kepentingan orang yang lebih banyak.
Jika Idul Fitri saya ibaratkan sebagai lembaran baru, maka amanah baru ini saya ibaratkan seperti menuliskan bab baru dalam perjalanan hidup saya. Sebuah titik awal penuh sukacita untuk dijalani dengan semangat baru dan hati yang lebih bersih.
Saat kita diberikan amanah, ada kepercayaan yang ditipkan pada kita untuk membuat sebuah hal besar. Atau mungkin juga amanah ini menjadi Langkah baru dari sebuah perubahan di masa yang akan datang. Amanah yang datang di momen Idul Fitri ini tentu menjadi kesempatan untuk membuktikan bahwa proses pembelajaran selama Bulan Ramadhan membuat saya lebih siap untuk menjalani tanggung jawab yang baru.
Tentu amanah kali ini bukan yang pertama bagi saya. Sejak lahir setiap manusia telah diberikan amanah oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah di muka bumi serta beribadah kepadaNya. Sejak masa sekolah amanh juga datang silih berganti. Ketika menyandang status mahasiswa, amanah juga hadir dalam bentuk Ketua Umum HMI Komisariat, Ketua BEM Fakultas, hingga menjadi Ketua Umum PB HMI. Hingga kini pun amanah sebagai kepala keluarga masih tetap saya lakoni.
Amanah kali ini pun tidak jauh berbeda. Masih memerlukan niat yang lurus dan rasa tanggung jawab sebagai penopangnya. Juga konsistensi agar selalu dalam track yang telah ada di dalam organisasi. Pemahaman tentang amanah yang sedang dijalani juga sangat penting. Apa yang kita lakukan akan berdampak bukan hanya pada diri sendiri, tetapi juga pada orang banyak. Komitmen dan disiplin dalam melakukan pembelajaran terus menerus untuk kelancaran kita dalam menjalankan amanah.
Keberanian juga adalah nilai yang harus kita miliki dalam menjalankan amanah. Di antaranya, berani mengambil keputusan, mampu menghadapi tekanan dan kritik, serta siap menghadapi segala tantangan, risiko, dan konsekuensi yang muncul dari memegang amanah. Tidak cukup hanya memulai dengan baik, amanah juga harus mampu kita selesaikan dengan hasil yang memuaskan. Karena pada akhirnya, amanah yang dijalankan dengan baik akan menjadi bukti kesungguhan kita dalam menjalani hidup dan pengabdian kita kepada Allah SWT dan juga sesama.
Pada intinya Idul Fitri menjadi penguat kita secara batin, dan amanah menguji bagaimana kekuatan tersebut dapat muncul menjadi tindakan nyata. Olehnya itu, momen Idul Fitri ini kita jadikan sebagai kesempatan untuk mengukir jejak kebaikan dalam langkah kecil kita sebagai warisan untuk generasi mendatang. JAYA!