Sesuai janji pada newsletter sebelumnya, saya akan memaparkan pengalaman saya di Lisbon. Sebagai Komisaris Independen BSI, saya membawa mandat sekaligus menjadi salah satu pembicara pada rangkaian side event WebSummit yang tahun ini berlangsung di Lisbon, Portugal.
WebSummit dihadiri oleh para pimpinan perusahaan teknologi global, para pengambil keputusan, dan ekspert di bidang teknologi.
Mengusung topik Digital Islamic Ecosystem, saya memaparkan potensi populasi Islam dunia yang didukung dengan interaksi dan kultur keummatan. Melalui modal tersebut, ekosistem ekonomi syariah mampu membawa Indonesia sebagai raksasa global.
Saya juga memaparkan bagaimana peranan Bank Syariah Indonesia (BSI) dalam menjadi motor untuk menggerakkan ekosistem ekonomi syariah tersebut. Arief memaparkan, BSI berperan menjadi enabler agar penyaluran donasi sosial dapat berlangsung dalam satu aplikasi BSI mobile.
Salah satu angka yang signifikan dengan hadirnya fitur digital tersebut, yakni dana zakat, infak, sedekah, wakaf (ZISWAF) yang dikelola BSI hingga September 2022 telah mencapai Rp100 miliar dengan mencatatkan 7 juta transaksi.
Saya juga cukup banyak menyinggung mengenai ekosistem ekonomi syariah dengan berlandaskan komunitas pesantren. Saat ini, BSI telah bermitra dengan sekitar 8.400 pondok pesantren, yang di sekitarnya ada 60 ribuan masjid. BSI dan komunitas-komunitas tersebut tidak hanya menjalin kerja sama yang sifatnya transaksi, tetapi juga pada aspek pemberdayaan UMKM di sekitar ponpes. Kami berharap, sinergi ini terus berkelanjutan, sehingga BSI, ponpes yang terdiri dari akademisi dan umat, dapat tumbuh dan sejahtera bersama, untuk kemajuan Indonesia.
Usai presentasi, para hadirin menyampaikan antusiasmenya. Salah seorang peserta bertanya, “apa yang dibutuhkan membantu digital islamic ecosystem ini?”. Saya pun menjawab, “Memikirkan potensi dan peluang ini adalah salah satu yang kami butuhkan, untuk itu, terima kasih telah mengundang saya hadir di acara ini.”