Aula KBRI Beijing Minggu sore terasa hangat dengan pelajar muda, diaspora Indonesia di ibu kota negeri Tirai Bambu. Dilaksanakan oleh Lingkar Pengajian (LP) Beijing, saya didaulat menjadi narasumber Diskusi Bersama “Peran Diaspora Muda Indonesia dalam Kemajuan Ekonomi Bangsa”.
Saya membuka diskusi dengan tak bosan-bosannya mengulas bonus demografi dan fokus-fokus capaian pemerintah untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Saya membagi tiga besar target pemerintah untuk 2045, yakni berhasil menciptakan sumber daya manusia (SDM) unggul, menjadi pemimpin pada bidang ekonomi dan leadership, serta unggul di bidang teknologi.
Menuju 2045 inilah kita dihadapkan pada banyak batu sandungan di lapangan. Dari aspek kepemudaan saja, kita menghadapi beberapa kesenjangan. Pertama, kesenjangan pembangunan karena teritori dan ekonomi, dan kedua, akses pengetahuan. Kesenjangan ini saya pribadi dapatkan tidak hanya di atas kertas. Selama beberapa tahun terakhir mendapat privilese untuk mengunjungi pemuda-pemuda di sekitar 400 kabupaten/kota di Indonesia, saya melihat, merasakan, dan mendapat curhatan tentang kesenjangan-kesenjangan tersebut.
Kesenjangan ini sedikit demi sedikit dapat kita rasakan ada harapan untuk diperbaiki. Lewat Pilpres 2024, kita semua menjadi saksi diberikannya kesempatan bagi anak muda untuk membereskan masalah yang relevan dengan anak muda. Kemudian, kita juga melihat arus pemilih kepada pasangan Prabowo-Gibran, dengan Asta Cita-nya yang insya Allah meng-cover dengan komprehensif permasalahan kesenjangan pada variabel yang melibatkan pemuda.
Lalu, bagaimana peranan diaspora?
Berhasil melangkahkan kaki ke luar negeri, belajar di institusi akademik dengan pengalaman ratusan tahun, terlibat dalam riset yang dapat eksposur ke seluruh dunia – adalah sederet kesempatan istimewa bagi teman-teman diaspora. Membuka jaringan, wawasan, dan ide-ide segar untuk melawan kesenjangan adalah peranan strategis yang dapat dikontribusikan oleh diaspora kita.
Kata kuncinya adalah kolaborasi untuk bersama melanjutkan perjuangan bangsa kita. Sebentar lagi, kita akan kembali merayakan ulang tahun Proklamasi pada 17 Agustus. Sebentar lagi, kita akan kembali mengingat, tantangan kita bukan lagi kemerdekaan, tapi melanjutkan perjuangan dari founding fathers bangsa Indonesia.
Senang bisa berdiskusi dengan teman-teman di Beijing. Seraya berharap, kita mampu dipertemukan kembali di tempat dan kesempatan yang baik, untuk kontribusi bagi kepentingan yang lebih luas.