Jumat, 17 Mei kemarin saya memulai aktivitas sekitar jam 7 pagi. Pagi hingga siang itu, ada beberapa agenda silaturahim termasuk agenda pertemuan di Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK). Karena jadwal tiap agenda mepet-mepet, jadilah saya menembus Jakarta dengan dibonceng naik motor Vespa.
Berjuang di kota besar seperti Jakarta memang sangat memerlukan agility dan fleksibilitas. Sebelum-sebelumnya, saya juga kerap naik ojek online agar tiba di lokasi pertemuan sesuai jadwal. Pernah juga saya rasakan pindah lokasi dengan jalan kaki, karena kebetulan dari satu acara ke acara lain sama-sama di sekitaran Bundaran HI.
Pada akhir hari, Alhamdulillah seluruh agenda dapat berjalan baik. Pertemuan terselenggara, silaturahmi tetap terjaga. Lalu, tak sedikit juga yang bertanya seperti, “Apa nggak capek Bro, silaturahmi terus?”
Saya pikir, memang bentukan aktivis adalah seperti ini. Senang ketemu orang, senang dapat bagian dari suatu hal yang sedang dikolaborasikan. Dari silaturahmi, kita mendapat wawasan baru, jejaring perkawanan baru. Wawasan tersebut tak jarang adalah informasi terbatas. Karena silaturahmi terawat, muncullah trust, sehingga kita dianggap kapabel untuk menyimak informasi-informasi, dan masuk ke sirkel-sirkel produktif lainnya.
Silaturahmi juga bukan berarti ada misi yang sedang kita bawa, atau ada tujuan untuk benefit tertentu yang kita incar. Mungkin sekarang belum ada peluangnya. Tapi siapa yang tahu, silaturahmi akan berdampak untuk kita atau orang yang kita sambungkan – nanti, di masanya yang akan datang.
Memang silaturahmi adalah hal yang istimewa. Baginda Rasul menyebut dalam berbagai hadits bahwa Allah SWT menjanjikan surga bagi umatnya yang menyambung tali silaturahmi untuk persaudaraan. Insya Allah, kita semua dapat menjadi insan yang menjaga persaudaraan, dan bermanfaat untuk umat dan bangsa. Jumat berkah.