Selama malang-melintang di dunia aktivisme, setidaknya ada dua organisasi Islam yang saya intens di dalamnya. Kedua organisasi ini punya kesamaan, yakni bernafaskan Islam, namun sangat getol dalam memberikan kontribusi duniawi bagi bangsa. Kedua organisasi yang saya lekat dalam berinteraksi tersebut adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Nahdlatul Ulama (NU).
Kebetulan, pada akhir pekan ini, saya ikut ke 9 Kilometer Citarum, Desa Taruma Jaya, Kabupaten Bandung, untuk mengikuti Jambore Relawan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) NU sekaligus merayakan hari lahir (Harlah) ke-14 LPBI NU.
Teman-teman dari LPBI mendapat berbagai materi pada kegiatan ini, termasuk paparan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta materi lainnya yang relevan. Saya sendiri kebagian membawakan sharing mengenai ekologi spiritual.
Konsep ekologi spiritual ini belum terlalu lama dikenal baik di lingkungan akademisi maupun di lingkungan aktivis. Pada dasarnya, menjaga ekologi tidak terlepas dari unsur kebatinan atau spiritualitas kita. Apalagi, dalam berbagai agama atau bahkan ajaran untuk tidak beragama, selalu ditekankan bagaimana kita dapat hidup berdampingan dengan alam dan seisinya.
Buat saya pribadi, sesi bersama LPBI pada akhir pekan lalu adalah sekaligus untuk sedikit healing, mengingat lokasi Jambore berada di hutan yang dekat dengan Sungai Citarum.
Selamat hari lahir untuk LPBI NU, semoga di usia baru, berkah terus mengalir bagi umat dan bangsa, dan kita dapat bersatu-padu untuk melaksanakan aksi nyata menjaga bumi kita.