Film LAFRAN adalah film yang mengisahkan aktivis pemuda Islam. Dalam upaya promosi film ini, film LAFRAN hadir di kota-kota besar di Indonesia dalam penayangan khusus atau special screening.
Special screening Film LAFRAN tiba di kota ke-9, yakni di Makassar, Sulawesi Selatan. Nobar berlangsung di XXI Panakkukang Square, Minggu (02/06).
Bersama Koordinator Presidium MN KAHMI Ahmad Doli Kurnia, saya pribadi ikut mengawal film ini ke kota tempat saya besar dan belajar berhimpunan.
Tak kurang dari 1.000 orang mengikuti nobar sebelum film LAFRAN tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia, Kamis, 20 Juni 2024 nanti. Para tokoh HMI di Makassar maupun Indonesia Timur juga hadir di acara ini.
Bang Doli pun menyampaikan, “Dari sekian banyak kota, Makassar ini marketnya paling kuat. Banyak yang hadir. Yang dari Jakarta juga, ada Sesdirjen, deputi di BNPB juga dating, saya juga bawa istri saya di sini, baru pertama kali ke Makassar. Antusiasmenya luar biasa. Semua calon gubernur, calon bupati dan wali kota datang.”
Para kandidat yang akan berkontestasi di Pilkada yang hadir di nobar ini adalah sosok-sosok muda.
Mereka yakni Bupati Gowa Adnan Purichta dan pengusaha muda Munafri Arifuddin.
Kembali ke topik tentang perfilman. Saya banyak bertemu teman-teman ekosistem perfilman nasional. Semua setuju bahwa Makassar ini punya movie goers alias penikmat film yang loyal terhadap film Indonesia. Kami berharap masuknya film LAFRAN di tengah gempuran film horor bisa menjadi pilihan baru bagi penikmat film di Makassar.
Film LAFRAN mengisahkan sosok aktivis pemuda Islam, Lafran Pane. Film dimulai dengan menggambarkan kehidupan Lafran kecil hingga remaja di Sipirok, Sumatra Utara. Pada masa tersebut, Lafran dikisahkan sempat merasakan kelamnya pendudukan Belanda lalu Jepang. Bahkan, ayah Lafran yang diperankan aktor kawakan Mathias Muchus berkali-kali berkonflik dengan penjajah.
Beranjak dewasa, Lafran yang diperankan aktor muda berbakat Dimas Anggara, lalu merantau ke tanah Jawa. Lafran yang berjiwa pemberontak mulai tekun membaca buku, dan bergaul dengan tokoh-tokoh muda yang terlibat langsung dalam persiapan kemerdekaan Indonesia.
Lafran lalu mengenyam pendidikan tinggi di Yogyakarta, lalu berpikir untuk mendirikan basis perjuangan pemuda Islam yang sesuai asas Pancasila. Basis perjuangan tersebut yang menjadi cikal-bakal Himpunan Mahasiswa Islam.
Ada beberapa teladan dan pondasi yang ditanamkan Almarhum Prof. Lafran. Pertama, soal anak daerah yang berjuang ke pusat. Aspek ini relevan dengan teman-teman pemuda di Makassar, yakni hijrah untuk mendorong perubahan. Kedua, tentang Islam dan Indonesia yang tak terpisahkan. HMI adalah berpadunya perjuangan untuk bangsa dan nilai-nilai keislaman.
Usai Makassar, masih ada beberapa kota yang menjadi sasaran penayangan khusus Film LAFRAN. MN KAHMI menargetkan total 1,5 juta penonton film biopik ini.
Mohon dukungan untuk Film LAFRAN!