Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan, atau yang saya panggil dengan panggilan Abah, adalah satu dari sekian banyak sosok yang mendukung saya sewaktu menjadi Ketua Umum PB HMI 2013 – 2015. 

Hingga kini pun, pintu rumah beliau di Surabaya selalu terbuka untuk saya. Kehangatan beliau belum berubah. 

Bahkan pada perayaan virtual Setahun Harian Disway Minggu (4/7) kemarin, Abah Dahlan Iskan malah melontarkan sanjungan bertubi – tubi untuk saya, yang menjadi salah satu narasumber acara tersebut. 

Di hadapan audiens, Abah ‘membuka kartu’ bahwa beliau sempat meng-endorse dan menawari saya untuk menjadi komisaris BUMN. “Saya menawarkan (Arief) untuk menjadi menteri. Karena saya ingin waktu itu, anak – anak muda, tokoh pergerakan, harus mulai dikenalkan ke dalam ekosistem ekonomi ril. Saya salut dan saya memuji tokoh bangsa masa depan yang sejak muda sudah menjunjung tinggi etika dan jabatan itu adalah pengabdian”, ungkap Abah. 

Masya Allah, bagi saya, ungkapan Abah di atas judulnya “Tersanjung Edisi Dahlan Iskan”. 

Dari lubuk hati terdalam, saya mengucapkan terima kasih untuk Abah. Semoga kalimat – kalimat dan kesan baik tersebut dapat saya junjung dengan baik sebagai amanah dalam menjalani hari – hari saya ke depan. 

Selamat ulang tahun juga untuk Harian Disway, semoga menjadi media alternatif yang bernas dan aktual. 

Mengagumi Indonesia Lewat Gen-Sy

Pekan lalu, kami tim Gen-Sy dan anak – anak muda yang tergabung dalam Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), melanjutkan roadshow di beberapa kota di Sumatra. Kami mengunjungi Sumatra Barat, Riau, dan Kepulauan Riau, dengan memulai perjalanan dari Kota Padang dan mengakhiri perjalanan di Kota Batam. 

Tidak ada tempat yang tidak memberikan kesan mendalam bagi saya. Bahkan, saya semakin mengagumi Indonesia dan semakin bersemangat untuk mampir ke banyak tempat lainnya.

Semangat tersebut tak lain karena penerimaan positif dari berbagai pihak yang kami datangi, mulai dari pemerintah daerah, komunitas pengusaha muda yang tergabung di HIPMI di masing – masing daerah, rekan – rekan aktivis, hingga komunitas masjid.

Selain itu, saya juga semakin tersadar bahwa Indonesia ini sangat luas. Dari Jakarta, kami naik pesawat ke Padang untuk memulai tur Sumatra Barat. Setelah itu, kami bertolak ke Riau melalui jalan darat, dan menghampiri garis finis sementara ke Batam, Kepulauan Riau, melalui jalur laut. 

Dari ujung ke ujung, kami juga bertemu sumber daya manusia yang membuat kami semakin optimistis bahwa Indonesia tak kekurangan stok SDM gemilang.

Doakan kami agar perjalanan berikutnya tetap lancar dan misi kami merangkul lebih banyak generasi muda melek ekonomi syariah semakin terbuka jalannya.