Pekan lalu, saya berkesempatan mengunjungi Bumi Lancang Kuning, julukan untuk kota Pekanbaru, Riau. Di tempat ini, pada tahun November 2015, berlangsung Kongres ke-XXIX Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). 

Kongres saat itu berlangsung di Gelanggang Remaja dan melibatkan beberapa tempat di Pekanbaru yang digunakan untuk beberapa agenda terkait HMI.

Selain Gelanggang Remaja, saya berkesempatan melakukan napak tilas ke Gedung Juang 45 yang saat itu digunakan untuk Munas KOHATI; Gedung MTQ untuk tempat melepas simpatisan Kongres; Kantor Gubernur Riau untuk tempat koordinasi internal kongres, dan Hotel Pangeran, tempat saya saat itu menginap.

Kongres ke-XXIX menyepakati Kanda Mulyadi P. Tamsir sebagai ujung tombak yang baru di Pengurus Besar HMI, menggantikan saya yang purna tugas. Karena itu, napak tilas di tempat – tempat tadi juga memberikan kenangan mendalam untuk Almarhum Mulyadi. Pengingat untuk terus menengadahkan doa kepada beliau. 

Napak tilas saya lengkapi dengan pengalaman gastronomi, yakni mampir ke Pondok Patin HM Yunus di Kawasan Simpang Tiga Pekanbaru. Bagi saya, tempat ini wajib hukumnya untuk didatangi manakala melancong ke Pekanbaru. 

Anak dari pemilik Pondok Patin ini kebetulan merupakan kader HMI Riau. Sambil menyantap kelezatan kuliner Nusantara, saya juga sempat bersilaturahim dengan sang anak. 

Dari berbagai menu yang disajikan, menurut saya, yang paling juara adalah ikan patin asam pedas, ikan salai kuah santan, dan ayam rendang. Pekanbaru adalah surga bagi kita semua penikmat kuliner seafood dan masakan santan. Sampai jumpa lagi, Pekanbaru! 

Menjawab Pertanyaan Paling Sensitif 

Dua pekan lalu, saya mengisi perbincangan yang disiarkan ke khalayak melalui medium video podcast. Secara garis besar, topik yang dibahas adalah perjalanan karir dan pandangan saya mengenai ekonomi syariah, komunitas masjid, dan seterusnya. 

Namun, di kedua podcast tersebut, saya ditantang untuk menjawab satu pertanyaan sensitif, yakni relevansi track record saya dengan jabatan komisaris. 

Sayapun mengutarakan benang merah antara pengalaman saya di organisasi kepemudaan, hingga proximity saya dengan masjid. Keduanya menuntut leadership, komitmen, dan kegesitan berkolaborasi untuk melaksanakan problem solving

Pengalaman di HMI menempa mental saya untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan kritis. Sebagai kawah candradimuka bagi banyak tokoh bangsa, HMI tentu jadi arena yang baik untuk tetap membuat pikiran jernih dan menjawab berbagai pertanyaan dengan on point. 

Saya juga banyak berkawan dengan para jurnalis, yang pada ujung pena mereka tertumpu banyak tanya hingga gugatan dari masyarakat. Saya mendukung kerja – kerja mereka dan sepakat untuk mendukung keterbukaan informasi. 

Akhir kata, jika ada yang masih penasaran dengan topik di atas, silakan mampir ke kanal Rijal Djamal dan Palacheta Subianto. 

Sampai ketemu di layar kaca lainnya 🙂