Senin 26 Desember, opini saya di Koran Fajar diterbitkan. Saya menulis tentang Penurunan Indeks Pembangunan Pemuda Sulawesi Selatan (IPP). Indeks ini digunakan untuk mengukur kemajuan pembangunan kepemudaan di tingkat nasional hingga daerah. IPP Sulsel turun dari angka 52,00 pada 2019 menjadi 48,67 pada 2020.
Penurunan ini terjadi pada tiga aspek, yakni kesehatan dan kesejahteraan (5 poin), lapangan dan kesempatan kerja (5 poin), dan gender dan diskriminasi (6,67 poin). Aspek partisipasi dan kepemimpinan tidak berubah alias stagnan.
Data-data ini adalah cerminan mengenai tantangan seluruh stakeholder di Sulawesi Selatan. Apalagi, penduduk Sulsel yang jumlahnya 9,07 juta didominasi oleh penduduk usia muda. Generasi Z memiliki porsi 30,84 persen, Milenial 11,13 persen. Total, 66,28 persen generasi muda yang mendiami wilayah Sulawesi Selatan.
Pembangunan pemuda memerlukan kebesaran hati dan keseriusan pihak-pihak lintas generasi. Kita punya waktu cukup sempit hingga 2024 untuk memaksimalkan potensi bonus demografi untuk mencapai lompatan kemajuan bagi Sulawesi Selatan.