Jakarta – Setelah bertemu terakhir kali pada 13 Juli lalu, Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto, kembali bertemu di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis sore (11/10). Pertemuan kedua tokoh yang sebelumnya bersaing di Pilpres 2019 ini, dianggap contoh yang sangat positif bagi perjalanan bangsa dan negara.
Tokoh milenial Arief Rosyid menjelaskan, pertemuan Presiden Jokowi, Prabowo dan sebelumnya dengan SBY sangat penting untuk menjadi contoh bagaimana persoalan kebangsaan diselesaikan bersama-sama. “Kami melihat pertemuan demi pertemuan yang dilakukan presiden bersama tokoh bangsa, sangat positif. Ini menjadi contoh bagi kami untuk terus memupuk persaudaraan demi keutuhan bangsa,” tegas Arief.
Pertemuan tersebut lanjut Arief, bisa menjadi tradisi yang bagus oleh pemimpin negara untuk diteruskan anak muda di negara ini. Sehingga sekat-sekat setelah pilpres, koalisi atau oposisi dapat dilebur demi kepentingan yang lebih besar: Persatuan Indonesia.
“Pertemuan antara presiden dengan tokoh-tokoh bangsa yang lain merupakan tanda kenegarawanan mereka, ini menjadi tradisi yang sangat baik, bagi milenial,” tambah Arief yang beberapa kali menggelar acara kolaborasi milenial paslon 01 dan paslon 02 pasca pilpres.
Mantan Ketum PB HMI ini pun mengaku semakin bersemangat untuk menginisiasi kegiatan-kegiatan milenial demi mendukung suasana positif kebangsaan. “Pertemuan demi pertemuan milenial yang kami gelar ternyata cukup memberi dampak yang bagus,” kata Arief yang menjabat Wakil Direktur TKN Milenial pada Pilpres lalu. Sebelumnya, Jokowi dan Prabowo bertemu untuk membahas isu ekonomi, politik dan juga gejolak keamanan di sebagian daerah akhir-akhir ini. Rencana pemindahan ibukota turut dibahas dalam pertemuan tesebut. Prabowo mengaku setuju ibukota dipindahkan ke Kalimantan Timur.