Jumat hingga Minggu (17-19 Januari 2025) saya manfaatkan untuk terbang ke Jawa Timur, dan melakukan ziarah ke makam Wali Songo. Alhamdulillah, saya berkesempatan ziarah ke makam Sunan Drajat, Sunan Maulana Malik Ibrahim, Sunan Giri, hingga Sunan Ampel.
Insya Allah, ziarah makam-makam para wali ini adalah bentuk penghormatan kepada sosok-sosok yang telah berjasa menyebarkan ajaran Islam di Indonesia. Pelajaran yang saya petik dari perjalanan ke kampung ibu saya di Jampue, Pinrang, adalah, tokoh pemuka agama di masa lampau tidak hanya berjasa dalam hal dakwah, tetapi juga dalam menciptakan insan akademis sesuai ajaran agama dan budaya.
Dalam perjalanan ziarah kali ini, saya juga sempat sowan ke kediaman Kiai Abdul Ghofur, Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat di Paciran, Lamongan. Selain tokoh agama, Kiai Abdul Ghofur juga wirausahawan terkemuka. Beliau menjalankan beberapa usaha yakni pabrik garam, pabrik air mineral, hingga galangan kapal. Usaha-usaha ini berdiri di atas lahan ratusan hektar dan telah menjadi pusat perekonomian yang terintegrasi dengan pesantren. Oleh karena itu, Kiai Abdul Ghofur menekankan, para santri harus juga menjadi talenta yang kompetitif dan dapat bersaing di industri.
Selain itu, saya juga sempat ziarah ke makam proklamator, Bung Karno di Kota Blitar. Makam yang terletak di bawah naungan pendopo khas Jawa ini tak pernah sepi oleh para peziarah. Makam ini dibubuhi nisan dari batu yang kokoh dan berwarna gelap, dan diberi tulisan sebagai penanda bahwa proklamator dan presiden pertama Indonesia bersemayam di tempat ini.
Perjalanan ini memberi warna dan makna mendalam bagi saya pribadi. Semoga kita semua menjadi insan religius, pembelajar, dan menjadi pejuang umat dan bangsa. Amin!