Tiap perkumpulan atau organisasi pasti memiliki tujuan – tertulis maupun tidak tertulis. Dalam perjalanannya, akan ada peluang, hambatan, pengakuan, dan seterusnya. Faktor – faktor inilah yang biasanya berkontribusi membuat linglung para penggeraknya. 

Memang benar, bahwa siapapun di organisasi dianjurkan agar fleksibel dan pintar – pintar menjemput opportunity. Tetapi, kadang kala, ada saja ‘godaan’ yang membuat penggerak organisasi tercecer, sehingga sulit untuk mencapai tujuan organisasi. 

Ada satu faktor lain yang bisa membuat organisasi meleset dari tujuan pendiriannya, yakni karena organisasi dibawa berdasarkan aspirasi pribadi. 

Saya mengulas hal tersebut pada kegiatan Training Center dan Rapat Kerja Pengurus Besar (PB) Pelajar Islam Indonesia (PII) dengan tema “Bergerak Berjamaah” pada Sabtu (6/6).

Pandangan mengenai tujuan organisasi vs kepentingan pribadi kembali saya gemakan. Tidak lain dan tidak bukan, agar adik – adik pengurus organisasi masa kini mampu lebih fokus dalam meraih momentum bonus demografi.

Saya menitipkan pesan agar tiap hela nafas, pikiran, dan gerak langkah adalah pengabdian terbaik sesuai tujuan organisasi, serta untuk umat dan bangsa. 

Karena itu, sahabat sekalian, mari kita kembali mengkalibrasi diri kita agar amanah, dan merefleksikan lagi kerja – kerja kita apakah sudah sesuai dengan tujuan organisasi. 

Kado Buku: Cara Terbaik Mengabadikan Teladan 

Pada 30 Mei silam, saya berkesempatan mengujungi kota Padang, Sumatera Barat. Salah satu agenda yang saya hadiri adalah Latihan Kader Masjid se-Kabupaten Solok.

Di Solok, saya bertemu dengan ratusan remaja/pemuda kader masjid, yang telah berkomitmen untuk menyemarakkan masjid bukan hanya dengan kegiatan ibadah, melainkan juga untuk kerja sosial, ekonomi, budaya, hingga kesehatan.

Masih di kota Padang, saya berkesempatan mengunjungi kantor Bank Syariah Indonesia (BSI), dan ke markas pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Saya meluncurkan dua buah buku. Buku yang pertama berjudul “Milenial dan Perempuan Berbagi Visi dengan Erick Thohir.” Sementara buku kedua ialah “Bangkit Bersama: Sketsa Inspirasi Erick Thohir.”

Buku tersebut adalah hadiah ulang tahun untuk Menteri BUMN Pak Erick Thohir. 

Saya memutuskan memberi kado dalam bentuk buku, untuk mengabadikan gagasan dan kisah – kisah teladan dari Pak Erick. 

Pada beberapa kesempatan, saya juga meluncurkan dan membagikan buku, baik kumpulan tulisan dari teman – teman lalu saya edit, maupun buku yang saya tulis sendiri. Beberapa di antara buku ini didekasikan untuk sosok personal, termasuk di antaranya adalah Pak Jusuf Kalla. 

Buku, juga merupakan perantara yang spesial bagi milestone penting di hidup saya. Beberapa tahun yang lalu, saya meminang istri saya saat ini, lewat buku yang saya beri judul “Memilih Masa Depan”. 

Pemberian terbaik bagi saya adalah buku. Agar gagasan bisa terdokumentasikan, dan keteladanan bisa terus terbang bersama siapapun yang menerima buku tersebut. 

Doakan agar saya selalu istiqomah menulis ya.