Akhir pekan ini, Sabtu 27 Agustus 2022, kota di ujung barat Indonesia yang berhasil saya jamah adalah Medan. Di Medan, mengisi seminar dalam rangka Pelantikan Pengurus PDGI Cabang se-Sumatra.

Persatuan Dokter Gigi seluruh Indonesia (PDGI) adalah organisasi profesi yang menyatukan para dokter gigi. Data dari Kemenkes, hingga 2022, populasi dokter gigi yang memiliki STR sekitar 140 ribuan orang. Masih ada 33 ribuan dokter gigi non-STR. Artinya, total dokter gigi di Indonesia mencapai 170 ribu orang. 

Angka ini terbilang masih kecil dibanding signifikannya masalah gigi, khususnya terkait dengan masalah gigi yang berujung pada penyakit mematikan atau katastropik.

Pada forum tersebut, saya juga menyampaikan, bahwa PDGI harus mampu membawa transformasi kepada profesi dokter, agar status minoritasnya profesi kita tidak berdampak pada kualitas kesehatan masyarakat.

Pada tahun 2022 ini, profesi dokter gigi dikejutkan dengan Surat Edaran (SE) tentang penghapusan beasiswa PPDGS dari skema beasiswa dokter spesialis. Sungguh sangat disayangkan, karena banyak dokter gigi potensial harus terhambat karena hilangnya insentif berupa beasiswa ini.

Juga, profesi dokter gigi ataupun dokter gigi spesialis tidak masuk ke dalam prioritas Kementerian Kesehatan. Lagi-lagi, profesi kedokteran gigi harus mencari cara untuk lebih agile dan mendukung masyarakat yang sehat dan hidupnya lebih berkualitas. 

Sebagai seseorang yang kini juga berada di ekosistem syariah, saya banyak terlibat kajian dan mendapat inspirasi mengenai kesejahteraan masyarakat dengan perantara masjid.

Saya mendapat inspirasi yang relevan dengan profesi kedokteran melalui kisah Ibnu Tulun (tahun 872) yang mendirikan fasilitas kesehatan berdampingan dengan masjid. Fasilitas ini memberikan layanan kesehatan gratis tiap Jumat kepada siapapun yang datang, khususnya warga tidak mampu.

Berkumpul Kembali di Forum PDGI, Diingatkan Lagi Indahnya Kolaborasi

Inspirasi ini telah kami bawa juga melalui Inisiatif Emas (i-Emas). Cita-cita kami, adalah mentransformasi masjid menjadi lebih dari sekadar tempat ibadah. Masjid harus jadi sentra pertemuan, sehingga mampu mengakomodasi kegiatan ekonomi, sosial, hingga budaya.

Gagasan utama kami di i-Emas adalah masjid menjadi sarana ibadah yang sekaligus menjadi hub untuk digitalisasi, penguatan literasi keuangan, sarana yang mendukung gagasan-gagasan keberlanjutan, dan menjadi sentra pembangunan kesehatan.

Ide-ide tadi memiliki syarat utama untuk terwujud, yakni komitmen dan kolaborasi.

Kolaborasi ini pulalah yang mengantarkan saya ke mimbar PDGI di Sumatera Utara. 5 tahun lalu, saya belum diamanahi untuk menjadi Ketum PDGI. Namun hari ini, senang rasanya tetap terlibat dan berkolaborasi untuk kemajuan organisasi.