Pekan lalu, saya ikut menghadiri penganugerahan gelar Doktor Kehormatan untuk Menteri BUMN, Bang Erick Thohir. Judul orasi ilmiah yang beliau sampaikan, yakni “Eternitas Transformasi BUMN, Strategi Terobosan untuk Kebangkitan Ekonomi Indonesia Baru”.

Salah satu poin yang disampaikan Bang ET adalah kehadiran BUMN untuk kemanfaatan orang banyak. “Kelanggengan BUMN adalah kelanggengan negara. Melalui BUMN, negara menjalankan mandat konstitusionalnya, mengelola cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan berkaitan dengan hajat hidup orang banyak,” ujarnya.

Bang Erick juga menambahkan, bahwa transformasi tidak hanya diterapkan sekali-sekali lalu dilupakan, tetapi harus dilakukan berkelanjutan. Sebuah pesan yang juga ‘menancap’ bagi saya sebagai insan BUMN. Kami di Bank Syariah Indonesia juga termasuk objek sekaligus pelaku dari transformasi ini.

Dan iya, kami pun merasakan, bahwa setelah bergabung menjadi kekuatan baru, PR kita belum selesai. Selama dunia berkembang, teknologi semakin maju, dan masyarakat bergeser ke habit yang baru, selama itu pula tantangan kepada kami masih terbuka ibarat karpet lebar yang digelar.

Usai dari Universitas Brawijaya, saya menjalani rutinitas baru yang intens saya laksanakan belakangan ini, masih karena Bang Erick. Atas peran baru beliau sebagai Ketua Umum PSSI, saya pun turut membantu beliau untuk urusan engagement dengan rekan-rekan kelompok suporter. Sebagian sudah pernah saya jumpai di momen yang berbeda. Namun sebagian lagi, termasuk teman baru, dengan visi untuk merajut kejayaan sepakbola Indonesia.

Selain mengikuti halal bi halal Bang ET dengan kelompok Suporter di Jawa Timur, saya juga ikut keliling dan silaturahmi. Saya bertemu Agus Bimbim salah satu tokoh di kelompok suporter Bonek. Selain itu, saya juga sempat bersilaturahmi dengan rekan-rekan suporter lainnya se-Jawa Timur.

Terakhir, tidak sah rasanya jika tidak menyapa kawan-kawan muda. Saya pun sempat ngopi bareng dengan Kanda Noer Fajriansyah, Bang Wahyu Hamdani, dan senior-senior di Malang, serta Ketum Kadin Surabaya Mas Andi Mattaliti.