Pada hari Kamis yang cerah, usai salat zuhur, saya menyusuri gedung milik salah satu BUMN terbesar di Indonesia.

Sama dengan gedung baru BSI, gedung ini terletak di Jalan Gatot Subroto. Selayaknya di gedung perkantoran modern, sesiapa yang masuk harus menitipkan kartu identitas dan ditanya tujuan ke mana dan keperluannya apa.

Namun ini berbeda. Saya hanya tinggal sebut satu nama, seseorang staf gedung dengan handy talky dengan sigap membukakan gate elektronik dan mengantar ke lift, hingga ke depan ruangan yang terasa hangat dan bernuansa serba cokelat.

Di dalam ruangan itu, ada sosok berbaju putih dan berkacamata menyambut dengan hangat pula. Dialah Mas Tama, alias Wishnutama, kini diberi amanah sebagai komisaris utama Telkomsel.

Dari beberapa serial pertemuan sebelumnya, selalu ada diskusi dan insight menarik dari Mas Tama, yang telah malang melintang di industri kreatif Indonesia. Kita semua mengenang beliau sebagai salah satu tokoh kunci dalam gelaran akbar pembukaan dan penutupan Asian Games 2018 silam.

Kali ini, kami lebih dalam brainstorming soal pemuda. Kami sama – sama sepakat, bahwa pemuda punya peran sentral. Ya karena daya dobraknya, kreativitasnya, dan komposisinya yang besar dalam struktur penduduk Indonesia.

Tapi ada satu yang diidentifikasi Mas Tama sebagai kekuatan pemuda masa kini: amplifikasi.

“Kalau kita cerita atau pengaruhi bapak – bapak, mungkin dia cuma simpan untuk dirinya sendiri. Kalau kita ngobrol ke emak – emak, dia bisa memengaruhi satu meja makan hingga tetangga samping kanan-kiri. Tapi, kalau kita sharing ke pemuda, dia akan cerita ke seluruh dunia, lewat ponsel yang digenggamnya,” ujar Mas Tama.

Insya Allah akan terjalin kolaborasi dengan Mas Tama, demi scale-up anak muda Indonesia. Mohon doa dan dukungan kawan – kawan semua!

Kumpul Teman-Teman Muda dengan Komut Bank Syariah Indonesia

Siapa saja yang berkecimpung di bidang ekonomi syariah pasti familiar dengan sosok Adiwarman Karim. Beliau adalah alumni IPB yang banting setir ke ilmu ekonomi dan mendapat gelar sarjana ekonomi dari UI.

Jejak akademik beliau sangat mengesankan. Beliau mendapat MBA dari EU Belgium dan MAEP di Boston University Amerika Serikat.

Di Indonesia, beliau sudah menjadi praktisi ekonomi syariah sejak tahun 1992. Beliau juga adalah Ketua Badan Pelaksana Harian Dewan Syariah Nasional MUI, dan sederet jabatan di asosiasi terkait ekonomi dan ekonomi syariah.

Saya berinisiatif mempertemukan beliau dengan beberapa pemuda yang selama ini berkolaborasi dengan saya dalam berbagai wadah. Mereka di antaranya Putri Komarudin dari DPR RI, Alfatih Timur (CEO KitaBisa), Pradana Indraputra (Stafsus Menteri Investasi), Faruq (Koordinator PPI Dunia), Bima Laga (Ketua Umum IdEA), Ferro Ferizka (Microsoft), Atras Mafazi (ISYEF), dan banyak lagi.

Beliau membuka cerita dengan menyampaikan bahwa masa gemilang sebuah bangsa terjadi tiap 100 tahun. Artinya, anak – anak muda saat ini berpotensi menjadi pemimpin peradaban di beberapa tahun mendatang.

Selain itu, Bang Adi juga meminta kesedian generasi muda untuk berpikir dan bertindak bagi umat dan bangsa. Bang Adi berkelakar, “kalau di usia – usia kayak saya ini, obrolan itu seputar asam urat, pasang ring jantung, dan lain – lain.”

Obrolan Bang Adi terasa makin menarik dengan diselipkannya satu – dua ayat Quran maupun hadist untuk menyemangati kami, seraya berharap akan ada pertemuan lagi dengan ide – ide segar untuk membangun ekonomi syariah, bangsa, dan negara.