Arief Rosyid Hasan
Ketum PB HMI 2013-2015, Pendiri Inisiatif EMAS (Ekonomi Masjid)

Dalam Kongres HMI di Pekanbaru Riau, satu persatu tamu saya sapa dengan penuh takzim. Mulai dari Pak JK, Bang Akbar, Kanda Mahfud MD, dan beberapa Menteri Kabinet Kerja yang membersamai kehadiran Wapres JK.

Satu yang secara khusus agak panjang keterangannya adalah Kanda Ferry Mursidan Baldan, beliau adalah senior yang diminta Pak JK bertanggungjawab untuk pelaksanaan Kongres HMI di Pekanbaru Riau.

Kataku dalam sambutan singkat tersebut, Menteri ATR RI Kanda Ferry, Ketum PB HMI 1990-1992, banyak membantu pelaksanaan Kongres HMI, mungkin karena beliau mengingat kenangan Kongres HMI tahun 1992 juga di kota ini.

Lanjutku, Kongres HMI tahun 1992 adalah saat Kanda Ferry menyelesaikan amanahnya di sini, dan sekarang hadir di tengah kita sebagai Menteri ATR RI. Semoga nasib saya bisa jadi Menteri bahkan melebihi Beliau, Amin YRA.

Cerita yang lain, ketika saya akan menikah dengan istriku Siti Zahra Aghnia, perempuan cantik, tidak ber-HMI, dan keturunan Aceh, Padang, Sunda. Awalnya saya berharap Pak JK menjadi saksi, tapi bertepatan dengan nikahan anak Panglima TNI.

Saya memutuskan saksi adalah Kanda Ferry, selain beliau sebagai Ketum PB HMI 1990-1992, tentu saja karena beliau adalah orang Aceh yang besar di Jakarta. Dari istri tercinta, saksinya Om Din Syamsuddin, nasehat pernikahan Prof Mahfud.

Menjelang acara, Pak JK menelpon kembali dan menawarkan senior lain untuk menjadi saksi, saya dengan tegas menyampaikan sudah meminta Kanda Ferry, Pak. Beliau pernah Ketum PB HMI Pak, juga orang Aceh, tutupku.

Ferry, Kongres HMI, dan Saksi Nikah

Acara berlangsung khidmat dan lancar, alhamdulillah Pak JK dan Bu Mufidah juga hadir secara penuh di resepsi pernikahan malam harinya. yang seharian dilaksanakan di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan.

Tentu banyak sekali cerita dengan Kanda Ferry yang terekam dengan sangat baik, tapi dua cerita di atas menggambarkan kedekatan saya sekeluarga dengan keluarga Kanda Ferry dan istrinya Kak Hanifah Husein.

Dalam satu cerita di meja makan dengan Kak Hanifah ketika saya berkunjung ke rumahnya di Kompleks Widya Chandra, kak Hanifah bercerita Kanda Ferry memilih menjadi seorang politisi yang menghabiskan waktunya untuk umat dan bangsa.

Berbagi tugas dengannya, Kak Hanifah yang berjuang di jalan ekonomi, sedang Kanda Ferry agar fokus berpolitik. Konsekuensinya, kehidupan Kanda Ferry tidak banyak berubah, hidup sederhana dan apa adanya.

Seperti itulah kehidupan politik ideal bagi Bung Hatta, katanya politik adalah jalan pengabdian. Kanda Ferry menghabiskan usianya hanya untuk berpolitik, mengabdi untuk umat dan bangsa, seperti kesaksian banyak orang terhadapnya.

Hari ini kita telah kehilangan sosok yang ramah dan teladan dalam berpolitik untuk pengabdian. Kita berduka dan sangat kehilangan, tidak berhenti orang datang ke rumah beliau untuk mendoakan dan melepasnya dengan ikhlas.

Innalillahi wa innailaihi rajiun, semoga husnul khatimah. Al fatihah.