Minggu, 30 Juli 2023 pukul 11.38 WIB, whatsapp grup Kahmi Pro Ekonomi mulai ramai. Sebabnya, pesan yang dikirim Kak Tatat Rahmita Utami dengan singkat, “Ichan meninggal”. Sontak para penghuni kaget, berhubung secara pribadi ada yang baru saja berkontakan beberapa jam sebelumnya.
Saya sendiri yang sedang silaturrahim dengan promotor doktor, senior-senior, dan teman-teman penggiat kesehatan masyarakat baru sadar setelah memperoleh pesan japri oleh Mba Ratna, beliau sehari-hari mendukung agenda Menteri BUMN Pak Erick Thohir, katanya “assalamu’alaikum. emang bener bang Ichan Loulembah meninggal?“.
Sesaat saya membuka medsos yang lain, mudah saja di era informasi yang serba cepat dan menyebar hari ini. Saya menuliskan kata kunci “ichan meninggal”, sudah tersaji di beberapa platform medsos. Tidak langsung percaya, saya memvalidasi informasi tersebut di whatsapp grup, dimana Kanda Ichan sebagai adminnya.
Benar saja, rerata di whatsapp alumni HMI saling saut menyaut tidak percaya. Hingga mereka melihat jasad almarhum baik secara langsung di rumah duka maupun foto-foto yang dibagikan secara masif di berbagai platform. Bahkan hingga di pemakaman, saya masih mendengar ungkapan tersebut dari Kanda Hamid Basyaib.
Sejak di rumah, di masjid hingga di peristirahatan terakhirnya, pemakaman Tanah Kusir, ratusan orang dari beragam latar belakang datang, Komut Bank Mandiri yang sebelumnya sebagai Menteri Keuangan Chatib Basri, Menteri ESDM periode lalu Sudirman Said, Menteri Bahlil Lahadalia, tokoh aktivis Bursah Zarnubi, cendekiawan muslim Fachry Ali, senior lain hingga kolega dan juniornya dari berbagai tempat, mayoritas dari HMI dan Sulteng.
…
Awal mula dalam milis Kahmi Pro, saya sering membaca namanya ketika memoderasi berbagai diskusi yang berlangsung hangat. Lupa tepatnya kapan, saya berkenalan dan bertemu muka dengan Kanda Ichan. Tapi sependek ingatan saya, momennya di Gado-Gado Boplo Menteng, ketika beliau memoderasi acara diskusi pekanan “Perspektif Indonesia” dilaksanakan Populi Center dan Smart FM.
Hampir tiap pekan saya datang sebagai penonton diskusi tersebut, sempat berpindah beberapa tempat sampai akhirnya Covid19 menyerang. Yang saya nikmati adalah sesi setelah acara tersebut, saya bisa bersilaturrahim dengan senior-senior yang hadir baik sebagai pembicara maupun sebagai penonton seperti saya.
Yang tidak pernah luput dari kanda Ichan, beliau selalu memperkenalkan saya dengan berbagai narasumber, maupun rekan-rekan jurnalis yang saban pekan memadati agenda tersebut. “Ini Arief Rosyid (Ketum PB HMI 2013-2015, dokter dari Unhas Makassar”, ujarnya singkat. Tidak bosan selalu seperti itu memulai perkenalannya.
Kurang lebih 4-5 tahun setia menjadi penonton, akhirnya tiba suatu waktu peroleh kesempatan sebagai pembicara. Malam sebelumnya, diujung telpon beliau menyampaikan undangan dengan tema “Mengukur Daya Tempur Kabinet Baru”. Saya tentu tidak menolak kesempatan baik ini, dalam kesempatan pertama saya menyampaikan ini momen langka dan ditunggu-tunggu oleh penonton untuk naik kelas sebagai pembicara.
Disitulah kanda Ichan memainkan peran yang luar biasa strategis, mempromosikan adik-adiknya untuk bisa terus tampil ke depan. Isu-isu hangat dan aktual dimainkannya dengan sangat baik, narasumbernya orang-orang pilihan, menjadi kesempatan bagi orang muda dan baru dalam dunia persilatan bisa tampil untuk memberi pandangan dan gagasannya.
…
Dua hari, selepas almarhum pulang, saya dikontak Kak Tatat kembali untuk mengabarkan rencana kegiatan “In Memoriam Ichan Loulembah”. Beliau mengajak untuk bisa menjadi orang yang turut mengundang bersama puluhan senior-senior dengan nama-nama besar. Sebuah kehormatan menjadi bagian ini.
Dalam forum tersebut tampak kita merasakan kanda Ichan tetap hidup dengan berbagai kebaikannya yang terus menyebar. Apa yang saya alami sejak mengenal almarhum sekitar belasan tahun yang lalu, terkonfirmasi dalam forum tersebut. Beliau adalah inspirasi untuk selalu merajut silaturrahim lintas generasi.
Kanda Ichan dari yang terdengar di panggung depan, hingga bisikan-bisikan kecil di deretan kursi yang hadir sebagai tetamu, seperti mengaminkan apa yang selama ini saya rasakan. Beliau tidak hanya tekun membangun jembatan antara generasi, juga terdepan dalam mempromosikannya.
Di tengah dunia yang semakin menampakkan sikap individualistik, kanda Ichan pergi meninggalkan sejumlah amalan sosial yang terus membuatnya hidup diberbagai rentang waktu. Kanda Ichan adalah contoh senior yang terus-terusan menebar benih kebaikan, ia tidak bosan memberi bimbingan dan dukungan kepada kader yang ia anggap layak dipromosikan.
Akhirnya, apa yang kanda Ichan sudah bangun selama ini perlu dilanjutkan oleh kita semua yang pernah berinteraksi dengannya. Utamanya komitmen untuk terus membangun jembatan antara generasi, turun mencari kader-kader terbaik, dan mempromosikan sekuat-kuatnya hingga mereka berada dipuncak pengabdian sebagai insan cita dengan nilai-nilai dasar perjuangan.