Oleh Arief Rosyid
Judul ini saya dedikasikan untuk kiprah luar biasa yang telah dilakukan oleh pejabat publik yang menggunakan kekuasaanya untuk kepentingan orang banyak. Ia berani mengambil keputusan yang cepat ditengah krisis atas dasar kemanusiaan, cinta terhadap sesama manusia.
Tak sedikit pejabat publik yang dengan kebijakannya hanya mendahulukan kepentingan dirinya sendiri dan keluarganya. Jenis seperti ini tak layak peroleh gelar sebagai “pejabat publik”, lebih tepat “pejabat diri dan keluarga”.
Ada juga pejabat publik yang lahir dengan latar belakang sebagai politisi maupun sebagai pengusaha, tapi masih mengedepankan kepentingan partai politik dan usahanya juga hanya layak disebut sebagai “pejabat parpol dan usaha”.
Biasanya yang melatar belakangi pejabat jenis ini adalah keserakahan. Teringat kutipan Mahatma Gandhi, “Bumi ini cukup untuk memenuhi kebutuhan kita semua, namun tidak cukup untuk memenuhi keinginan segelintir kecil manusia yang serakah”.
Jika ia telah peroleh kehormatan dan segala fasilitas dengan jabatannya, apalagi yang ia tunggu jika tak melakukan yang terbaik untuk mempertebal kehormatannya sebagai manusia. Tentu saja manusia yang sesuai dengan tujuan penciptaan-Nya, sebagai wakil Tuhan di muka bumi.
Tugas kemanusiaan tentu saja menebar kemaslahatan atau kebaikan sebanyak-banyaknya juga seluas-luasnya. Menembus batas semua suku, agama, ras, dan antargolongan.
Kesadaran ini bukan tanpa sebab, ia akan lahir dari berbagai macam proses dan di berbagai medan. Kesadaran ini pelan-pelan akan menajam seiring dengan seberapa sering kita bergelut dengan masalah-masalah yang lalu lintas mendekati kita.
Adalah Erick Thohir yang menginspirasi tulisan pertama ini tentang “Kekuasaan Untuk Kemaslahatan”. Saya tahu betul ia sendiri tak menginginkannya, tapi ini adalah kewajiban sesama manusia untuk mengabarkan terus kebaikan saudaranya agar menjadi inspirasi yang menggerakkan.
Dalam satu pesan ia mengatakan “kita kerja keras dan tulus, itu kuncinya”, setelah ia peroleh banyak apresiasi dan pujian atas segala terobosannya dalam membantu Presiden Jokowi mengatasi virus korona ini.
Meski tak langsung berhubungan dengan virus tersebut karena menjadi tupoksi Menkes dan Kepala BNPB yang ditunjuk sebagai Ketua Satgas. Tapi keterbatasan tersebut tak mengurungkan niat ia untuk sepenuhnya terlibat bahu membahu dalam mengatasi krisis yang telah menjadi pandemi global ini.
Bisa saja ia diam dan terus melakukan terobosan dalam membenahi BUMN yang selama ini juga jauh dari kondisi ideal, tapi kepekaannya terhadap kemanusiaan dan kesadaran akan krisislah yang memandunya untuk turun gelanggang terlibat melawan virus korona ini.
Setelah ditulisan sebelumnya saya juga menjelaskan apa saja yang telah dilakukannya dalam membantu Presiden Jokowi mengatasi virus korona ini. Tak lama setelah tulisan itu terbit, kemudian saya tersentak kembali dengan keputusannya memberi asuransi terhadap tenaga medis korona.
Banyak pejabat publik yang sekedar menyampaikan duka dan penghargaannya terhadap para tenaga medis sebagai garda terdepan dalam menangani korona, tapi belum ada yang memberi perhatian sebaik ini.
Erick Thohir cuma meminta salah satu asuransi dibawah BUMN untuk langsung menyiapkan perlindungan terhadap tenaga kesehatan sebesar Rp. 1 triliun, kerjasama ini dilakukan bersama dr. Daeng Faqih selaku Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia.
Keputusan dan kebijakan ini tentu akan membekas dihati kita semua, khususnya para tenaga medis dan keluarganya. Sambil kita terus berdoa agar krisis ini segera berlalu dan kita meneruskan kembali apa yang menjadi Visi Presiden Jokowi menjadi Indonesia Maju.
Yakin Usaha Sampai!