Awalnya, ide warung kopi di masjid ini bertujuan agar pemuda dan remaja masjid punya pemasukan tambahan dari kegiatan wirausaha. Syukur – syukur, keuntungan dari penjualan kopi juga bisa disetorkan sebagai kas masjid. 

Berbekal semangat Pak JK di DMI yakni “Memakmurkan dan Dimakmurkan Masjid”, kami mereplikasi ide ISYEF Point pertama di Masjid Cut Meutia. 

ISYEF Point pertama didirikan pada tahun 2018 di Masjid Cut Meutia, Menteng, Jakarta Pusat. Remaja Masjid Cut Meutia (RICMA) menjadi pengelola harian ISYEF Point di Cut Meutia. Anggota RICMA  belajar menjadi wirausaha dan mengaplikasikan pengelolaan keuangan dalam mengembangkan ISYEF Point. Bukan hanya itu saja, RICMA juga berhasil mengalokasikan sebagian keuntungan untuk kegiatan dakwah sehingga tidak sepenuhnya mengandalkan dana dari pihak masjid. 

Melihat bisnis model yang berhasil dan kontribusinya untuk masjid dan sekitarnya, ISYEF bergerak untuk survei dan menjajal kolaborasi dengan beberapa masjid di Jakarta. Alhamdulillah, kami dapat sambutan hangat di Masjid Al-Isra, Tanjung Duren, Jakarta Barat. 

Kami diberi space lumayan strategis di bawah tower masjid. Tadinya, area ini tidak dilirik sama sekali. Alhamdulillah, satu lagi lahir perwujudan ekonomi dari masjid yang kami namakan “KOMAT” alias Kopi Umat. 

Kopi dan umat punya nilai filosofis. Saat pertama mengenal kopi, kelompok sufi di Yaman menjuluki kopi sebagai “wine of Islam”, teman untuk begadang beribadah hingga subuh.

Insya Allah KOMAT di Masjid Al-Isra juga akan menjadi teman ekonomi umat. Target kami, jika chain kopi bermerk bisa buka ratusan hingga ribuan cabang di Tanah Air, maka Isyef Point ataupun Kopi Umat, harusnya bisa hadir di lebih dari 700 ribu masjid yang bermenera, di Indonesia!