drg. Arief Rosyid
Ditengah pandemik Korona, HMI melakukan langkah besar dengan rencana kongres bersama. Berulang-ulang harapan besar teruntai agar dinamika HMI segera berakhir, dengan sejumlah pelajaran yang berarti.
Bagi sebagian keluarga besar HMI, komitmen kongres bersama dengan diawali penyatuan Surat Keputusan Ketua Umum dan Pejabat Ketua Umum PB HMI tentang Pengesahan Susunan PB HMI Periode 2018-2020 dan diakhiri dengan mundurnya Saddam sebagai Ketum dan menyerahkan kepada Arya sebagai Pj. Ketum adalah langkah maju bagi organisasi HMI.
Wajar saja selama ini dualisme dalam tubuh PB HMI hanya berujung pada kongres bersama tanpa pembelajaran apa-apa. Bahkan yang paling parah, pelaksanaan Kongres HMI ke-XXVIII dimana saya terpilih, terselenggara selama sebulan dan pindah ketiga tempat.
Kongres yang sejatinya melahirkan satu generasi terbaik, harus terus dilanjutkan. Dengan segala kondisi dan konsekuensinya, juga seberapa mahal harga yang harus dibayar, semua harus ditempuh demi persatuan HMI.
Saddam (Ketum PB HMI) dan Arya (Pj. Ketum PB HMI) sebagai representasi generasi ini telah menunjukkan kedewasaaannya mengakhiri konflik yang terjadi. Mereka meneguhkan kembali bahwa persatuan adalah segalanya, tak membutuhkan banyak pertimbangan dan alasan.
Tentu tak semua senang dengan langkah besar ini, ada yang tertinggal, juga merasa ditinggal hingga dilupakan. Bahkan terdengar, ada yang masih berupaya membelah organisasi HMI ini demi kepentingan pribadi dan kelompoknya.
HMI adalah kawahcandradimuka mahasiswa, ia juga pabrik yang terus memproduksi anak ummat dan anak bangsa. Ia telah diuji badai, gelombang hingga hanya desir ombak selama 73 tahun, 2 tahun setelah kemerdekaan Indonesia.
Disetiap forum HMI yang mengundang saya sebagai pembicara, saya selalu mengibaratkan HMI sebagai sebuah kapal besar yang telah mengantarkan banyak orang terbaik dengan komitmen keummatan dan kebangsaan.
Tapi tak sedikit juga yang hanya sekedar jadi penumpang gelap, yang berupaya menggembosi perahu besar ini dari dalam. Segala macam dilakukan demi membocorkan perahu ini, tujuannya semua tenggelam dan dia selamat sendiri.
Berkali-kali upaya ini dilakukan, tapi tak juga kapal ini bocor apalagi karam. Kapal HMI terus berkhidmat pada masa depan Islam dan Indonesia dengan melahirkan generasi terbaik pemimpin ummat dan bangsa.
Antara Korona dan Kongres HMI
Kini setelah soliditas HMI terjaga, tantangan berikutnya yang perlu dijawab adalah seberapa kuat kita menjemput Kongres HMI ditengah massifnya virus Korona yang menjangkiti ratusan warga Indonesia.
Apakah HMI akan nekad melaksanakan Kongres HMI, mengumpulkan ribuan kader se-Indonesia dalam satu waktu dan satu tempat. Atau sejenak menundanya dan mempersiapkannya dengan lebih matang.
Selain itu, upaya apalagi yang harus dilakukan HMI dalam mengatasi persoalan besar virus Korona ini? Diam dan berpangku tangan, atau turun tangan dan melipat lengan baju untuk bersama-sama mengatasinya.
Sekecil apapun yang akan dilakukan kader dan alumni HMI, dengan ikut bersama Dewan Masjid Indonesia dalam gerakan gulung karpet Masjid dan ikut membersihkan lantai Masjid. Atau melakukan gerakan bersama membuat hand sanitizer, dan sejumlah gerakan kecil yang lain.
Sebaran kader dan alumni HMI di seluruh Indonesia, dalam semua lapangan pengabdian, membuat apapun yang kita lakukan akan sangat berdampak dan membantu Pemerintah dalam penanganan virus Korona ini.
Siang kemarin saya ikut hadir dalam rapat Satgas Penanganan Korona yang dipimpin oleh Kepala BNPB Pak Doni Monardo. Yang dibutuhkan salah satunya adalah partisipasi berbasis komunitas, HMI berbuatlah!