Pekan lalu saya sempat berkunjung ke percetakan Balai Pustaka. Percetakan legendaris ini sudah familiar dengan generasi kita, terutama karena jasanya yang digunakan untuk mencetak berbagai buku pelajaran.
Tidak hanya buku pelajaran, Balai Pustaka berperan mentransformasikan pengetahuan tentang sejarah. Bagi saya, belajar sejarah tidak hanya membawa kita memikirkan masa lalu, tapi juga menjadi batu loncatan bagi kita untuk mengimajinasikan masa depan.
Oleh karenanya, saya berpikir, bagaimana cerita – cerita sejarah, termasuk teladan para tokoh yang sudah dibukukan dapat diangkat ke dalam format yang kekinian.
Misalnya, kisah kepahlawanan Bima Sakti yang diangkat jadi film atau serial digital pendek yang bisa kita nikmati di YouTube.
Bukan hanya keren – kerenan. Bukan hanya memindahkan cerita dari teks ke format yang lain, melainkan ada upaya agar generasi sekarang lebih mudah mengakses inspirasi dari mereka yang berkorban untuk bangsa dan negara, untuk kita.
Apalagi, saya perhatikan, generasi muda yang melek sosial media, ternyata juga haus akan knowledge dan wisdom.
Selama berkunjung di kantor Balai Pustaka, saya juga menyaksikan buku fisik karya sastra dari berbagai daerah di Indonesia. Buku tersebut ditaruh di rak – rak kaca, terawat tanpa se-inci-pun debu apalagi sarang laba – laba.
Kelak, jika buku – buku kuno tersebut bertransformasi, “wasiat” di dalamnya akan tetap abadi dan lebih banyak menjangkau generasi.
Lewat tulisan ini, saya pribadi ingin mengajak teman – teman semua untuk mendukung upaya “pengabadian” kisah – kisah kepahlawanan dan semangat kebangsaan agar lebih mudah dan lebih luas diakses oleh generasi kita dan anak – cucu kita kelak.