Arief Rosyid Hasan

25 Juli 2024, saya baru saja tiba di Sulawesi Barat, setelah melintasi Gorontalo dan Sulawesi Selatan. Seketika yang terpikir adalah mampir ziarah ke makam Imam Lapeo, ulama sufi dan pejuang kemerdekaan.

Mengenal Imam Lapeo akibat aktivitas di Dewan Masjid Indonesia bersama Pak Syaf, beliau sebagai Wakil Ketua Umum DMI sekaligus Ketua Harian. Saya oleh Pak JK diamanahi sebagai Ketua Departemen Pemuda hingga Departemen Ekonomi.

Pak Syaf yang berasal dari Sulawesi Barat, sepertinya masih punya irisan kekeluargaan dengan Imam Lapeo, Kiprahnya kini tentu tidak lepas dari apa yang di praktikkan oleh Imam Lapeo, sosok yang sangat dikagumi dan menginspirasinya.

Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya. (Surat At-tur ayat 21)

Ayat ini menjelaskan dikehidupan dari generasi ke generasi saling terhubung. Generasi sebelumnya berbuat kebaikan dengan karya, akan berlanjut dengan generasi berikutnya. Kesinambungan ini adalah “kasaba rohin” atau terikat dengan kerja sebelumnya.

Dari sini tergambar ikhtiar yang dilakukan oleh Pak Syaf adalah keberlanjutan dari apa yang dilakukan Imam Lapeo sebelumnya. Berkeliling negara-negara mulai dari Eropa, Amerika, hingga Timur Tengah untuk belajar, bekerjasama, dan syiar Islam Indonesia.

Imam Lapeo, selain sosok ulama yang kharismatik disegani oleh masyarakat, juga dikenal sangat dermawan. Kehidupan sehari-harinya dekat dengan masyarakat, cakap dalam bersosialisasi dan banyak membantu masyarakat.

Cerminan ini pula yang terang dari sikap Pak Syaf, ketika datang ke RSPP malam tadi dan hadir melepasnya di Masjid At Taqwa, semua orang yang saya temui mulai dari pejabat sampai masyarakat umum membicarakan kebaikannya.

Tak terhitung mahasiswa yang diberi beasiswa, anak-anak yatim dihidupinya, orang-orang diajak umroh dan haji. Bangunan Masjid dan Pesantren banyak yang berdiri kokoh dan mandiri berkat sentuhan kedermawanannya.

Pengalaman bersama Pak Syaf sekitar lima tahun telah banyak memberi arti bagi kelanjutan komitmen keumatan dan kebangsaan saya di HMI. Kisah kegiatan dengan aktivis pemuda muslim di Masjid hingga berbagai perjalan spiritual ke berbagai negara akan selalu abadi.

Akhirnya, saya ingin mengingatkan kembali tentang banyak kebaikan Pak Syaf dalam Buku “Pak Syaf, Empat Wajah Komisaris Jenderal Polisi (Purn.) Syafruddin” terbitan Kompas. InshaAllah husnul khatimah, Al Fatihah.

ARH - Buku Pak Syaf