Arief Rosyid Hasan
(Ketum PB HMI 2013-2015 & Founder Merial Institute, Center for Youth Development Studies)

Orang muda memang punya cara sendiri untuk bisa bersahabat, tidak basa basi, dan selalu mengedepankan persamaan untuk menatap masa depan umat, bangsa, dan negara yang lebih baik.

Konteks ini nampak ketika Hari Minggu, Letkol Teddy (LT) mengunjungi kediaman Ustad Adi Hidayat (UAH). Dalam berita, keduanya bertukar peci, LT bersyukur peroleh peci kesayangan UAH.

Sepekan setelahnya, UAH dan 10 Guru Al Azhar diundang ke Istana Negara oleh Presiden Prabowo Subianto. Bersilaturrahim dan bertukar pikiran sembari menitipkan salam Grand Sheikh di Mesir.

Apakah berhenti sampai disitu, tentu tidak, UAH juga didaulat untuk memberi tausiyah sebelum berbuka puasa di hadapan Kabinet Merah Putih sesaat setelah sidang kabinet paripurna.

UAH menekankan pentingnya para pejabat dalam menjalankan amanahnya untuk selalu memiliki konektivitas dengan Tuhan, lalu menjadi kontrol moral yang melahirkan integritas di setiap aktivitas.

Pesan ini sangat amat kuat di semester pertama Pemerintah Presiden Prabowo, peroleh momentum bulan suci Ramadan yang mana puasa bertujuan agar menjadikan manusia bertakwa.

Dalam buku “Islam, Doktrin, dan Peradaban”, alm. Cak Nur menggambarkan takwa sebagai “kesadaran Ketuhanan” (God-consciousness), yaitu kesadaran tentang adanya Tuhan Yang Mahahadir (Omnipresent).

Lanjutnya, kesadaran seperti itu membuat kita mengetahui dan meyakini dalam hidup ini tidak ada jalan menghindar dari Tuhan dan pengawasannya-Nya terhadap tingkah laku kita.

Bulan suci Ramadan, yang oleh umat Islam diwajibkan untuk berpuasa, digunakan sebagai madrasah atau ruang belajar menempa diri selama sebulan penuh untuk menghadirkan Tuhan.

Dalam konteks ini, catatan saya diawal menjadi bermakna, ada nilai yang sedang diperjuangkan LT yang masih berusia 35 tahun dan UAH kini 40 tahun, ketika mereka berjumpa dan bertukar peci.

Meski usia masih muda, mereka memiliki kecintaan besar terhadap umat, bangsa, dan negara. Menapaki Indonesia Emas 2045, memang perlu jutaan orang muda seperti LT dan UAH.

Bagi Tan Malaka, idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda. Modal inilah yang menghidupkan kerja-kerja keduanya, LT di Istana dan UAH di jalan dakwah.

Kolaborasi kecil yang mulanya dengan peci, akan menjadi game changer untuk mewujudkan visi besar Presiden Prabowo, menghilangkan kemiskinan 0% dan mengungkit ekonomi 8%.

Semoga!