Sering saya ditanya, “Kamu kan ibaratnya masih bocah. Kok bisa ketemu tokoh X, Y, Z, dan lalu berkolaborasi dengan mereka?”. Atau pertanyaan seperti, “Waktu ketemu tokoh-tokoh tersebut, sebenarnya kalian bahas apa sih?”.
Nah, pada kesempatan ini dan mungkin tulisan-tulisan ringan ke depan yang bisa Anda akses di newsletter ataupun website ariefrosyid.id, saya akan coba lebih banyak berbagi tentang networking.
Pertanyaan pertama, soal ketemu tokoh. Tentu awalnya dari hal yang esensial, yakni berorganisasi. Jalur-jalur menuju mereka seringkali dibukakan juga oleh jejaring yang sudah eksisting. PR besar berikutnya, adalah bagaimana menemukan obrolan yang nyambung. Dan hal ini terkait dengan pertanyaan kedua, apa yang dibahas.
Bagi saya, penting untuk riset dulu dengan siapa kita akan berjumpa, dan isu atau gagasan apa yang beliau usung. Misalnya, saya fokus ke isu-isu kesenjangan dan pemberdayaan pemuda, kemudian ekonomi dan keuangan syariah, dan sedikit melebar ke digital gap antara pemuda maupun antara masyarakat kota dengan para pengurus masjid di seluruh Indonesia.
Melalui riset, kita dapat mengidentifikasi latar belakang dan visi untuk masa depan. Kemudian, kita mencoba mencari benang merah dengan gagasan atau bahkan pertanyaan yang akan kita bawa saat pertemuan atau silaturahim. Inilah bagian yang challenging. Karena, “benang merah” tadi belum tentu kita langsung dapatkan di pertemuan pertama. Tak jarang, di pertemuan awal, saya justru lebih banyak mendengar.
Mengenai tantangan berjumpa dengan sosok yang lebih senior atau yang berbeda latar belakang, saya melihatnya sebagai ajang untuk saling melengkapi. Justru tantangan ini akan lebih ringan, terutama, bagi saya pribadi, spirit dari silaturahim itu adalah perintah agama, dan dianjurkan untuk memperpanjang usia dan menambah pintu rezeki.
Dari pengalaman saya, interaksi lintas usia dan latar belakang memang perlu diasah. Juga, jangan membatasi interaksi kita. Jejaring ke atas terus dipertajam, ke tengah dengan teman generasi juga selalu dipupuk, dan ke bawah untuk rekan-rekan yang lebih junior juga perlu agar membuka sensitivitas kita terhadap hal-hal yang kekinian dan mungkin relevan untuk kita bawa ke masa depan.
Kesimpulannya, jika saya bisa, Anda semua pasti bisa. Khususnya untuk teman-teman yang masih usia belia. Jangan khawatir melebarkan jejaring. Dengan berdialog maupun berdiskusi dalam silaturahim, kita telah “mengamalkan” satu lagi aktivitas penting dari literasi selain membaca dan menulis.
Salam silaturahim!