Arief bertemu Arif di masjid. Arief yang pertama adalah saya. Arief yang disebut kemudian adalah Prof. Arif Satria, Rektor IPB dan Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).
Selain Prof. Arief, kali ini ada ustad muda, Ustad Pangeran Arsyad, Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir tahun 2016 – 2017.
Kami membahas Islam, kemodernan dan ke-Indonesiaan, pada seri kedua Dialog Esklusif di Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK).
Selain kami bertiga, alhamdulillah dialog di MASK juga ramai dihadiri jemaah masjid, dan anak – anak muda. Acara ini berlangsung tiap Jumat sore.
Kembali ke topik diskusi. Prof. Arif Satria memiliki pandangan menarik, yakni peningkatan kualitas umat Islam. Indonesia sebagai negara dengan penduduk Islam terbanyak, sudah memiliki kuantitas. Namun, menurut Prof. Arif, umat dan bangsa membutuhkan kualitas manusia yang lebih progresif, responsif, dan mampu beradaptasi.
Menjadi relevan, menurutp Prof. Arif, memerlukan karakter, keahlian, kompetensi, dan pendidikan yang bagus. Utamanya pendidikan, karena aspek ini merupakan pilar peradaban unggul.
Sementara, Ustad Pangeran menilai, ada satu hal yang menjadi potensi kebangkitan umat Islam, yakni ketertarikan generasi muda. Gerakan seperti hijrah dan gerakan kesadaran untuk keseimbangan rohani dan jasmani sudah cukup menggembirakan.
Namun, tambah Pangeran, generasi muda tersebut harus didorong untuk tak hanya fokus pada amal ibadah madhah, tetapi juga menjalankan Islam yang rahmatan lil alamin, sesuai dengan perintah Allah untuk memakmurkan bumi.
Oleh karenanya, umat Islam harus didorong mengambil peran “duniawi”, yakni dalam dunia ekonomi, pendidikan, dan politik , dengan tetap berlandaskan pada akhlak.
Alhamdulillah, dialog di ujung hari kerja ini menjadi satu lagi arena untuk menambahkan ilmu dan sarana pengingat, agar kerja – kerja yang kami lakukan di hari – hari ke belakang, tetap diniatkan karena Allah, seraya selalu berharap untuk limpahan ridho-nya.