Indonesia menempati peringkat pertama negara dengan ekosistem Islam terbesar di dunia, atau sekitar 13% dari total penduduk Islam dunia. Akselerasi digital di Indonesia tentu akan memengaruhi lansekap global.
Ekosistem Islam adalah satu sistem yang terbentuk oleh hubungan timbal-balik tak terpisahkan antara satu dengan yang lain, misalnya masjid dan jamaah di sekitarnya atau pesantren dan santri yang mengikuti pendidikan di dalamnya.
Dalam konteks BSI, kami melihat tren yang positif untuk digitalisasi perbankan syariah. Misalnya transaksi ziswaf yang terus naik. Kami mencatat, BSI telah menghimpun hingga Rp 7 triliun dana ziswaf hingga September tahun 2022 ini. Angka hijau ini juga didukung adopsi QRIS untuk ziswaf di berbagai lembaga, termasuk masjid.
Contoh lain yang juga signifikan yakni, saat ini BSI telah bekerja sama dengan 63.000 lebih masjid di Indonesia dengan dana murah mencapai Rp 1,8 triliun, juga dengan Pesantren yang hampir mencapai 10.000 dengan dana murah akan mencapai Rp 1 triliun.
Dengan data positif ini, saya membaca ada angin segar untuk penetrasi ekonomi digital di Indonesia. Tinggal, PR berikutnya, adalah menjadikan ekonomi Islam menjadi kebiasaan baru yang dijalankan dengan penuh kerelaan. Tentu dengan motivasi, bahwa potensi digitalisasi ekonomi Islam ini dapat menjadi lokomotif untuk Indonesia Maju.