Ngopi tadinya lekat dengan kebiasaan orang – orang aktivis atau praktisi politik. Dengan segelas kopi, ngobrol bisa berjam – jam untuk berbagai gosip politik, intrik, dan lain – lain.

Tapi di masa sekarang, rasanya ngopi sudah jadi kebiasaan semua orang. Remaja tanggung kelihatannya banyak sekali doyan kopi, pegawai kantoran sebelum naik ke ruangan kantornya mampir dulu ke kedai kopi, rekan – rekan kurir online hingga sopir taksi juga saat rehat di jalanan, sering kita lihat sedang meneguk kopi. 

Kabar gembiranya, makin ke sini, makin banyak kesadaran untuk mengonsumsi kopi dari petani Indonesia. 

Nah, terkait budaya ngopi ini pulalah yang kami bawa untuk mendekatkan masyarakat dengan masjid. Kami merancang agar timbul kemandirian dari pengurus masjid dan orang – orang di sekitar masjid. Caranya? membuka kedai kopi untuk para jemaah atau siapapun yang mampir ke masjid. 

Beberapa waktu lalu, di kala jumpa dengan pengurus MES DKI Jakarta, kami sempatkan mampir di kedai Anomali, salah satu kedai kopi yang mengusung kopi asli Indonesia. Terbersit ide, agar lebih banyak masjid di Indonesia menghadirkan pula kedai kopi asli petani kita. 

Ide ini, sekali lagi, untuk saling mendekatkan masjid dengan siapa saja yang cinta kopi. Dan sebaliknya, membuat pergerakan ekonomi, agar tercapai cita – cita “memakmurkan dan dimakmurkan masjid”. Semoga yah!