Saya banyak menerima pertanyaan seputar pilihan karir. Tidak heran, karena saya merupakan alumni Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) dan alhamdulillah menyelesaikan pendidikan akademik saya hingga tuntas dan meraih predikat dokter gigi. Saat awal merantau ke Jakarta hampir satu dekade lalu pun, saya masih sempat menjalankan profesi sebagai dokter gigi dan membantu operasional klinik kesehatan salah satu kolega saya.
Cerita selengkapnya sudah pernah saya ungkap di artikel “Merantau ke Jakarta, Pindah dari Kos ke Kos”.
Saya senang dan tentu bangga dapat berkontribusi di dunia kesehatan dan langsung bersentuhan dengan masyarakat. Hal ini sudah rasakan pula nikmatnya saat aktif dalam kepengurusan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Kedokteran Gigi Unhas. Saat itu, saya berkesempatan terjun langsung dalam berbagai kegiatan sosial untuk penyuluhan maupun bantuan kesehatan gratis.
Aktif di HMI pulalah yang membawa saya ke persimpangan pilihan karir. Kesamaan karir sebagai dokter gigi dan karir aktivisme di HMI yakni, selain pengabdian kepada masyarakat, HMI dekat dengan urusan keumatan dan berbagai program yang memicu lahirnya gagasan untuk kepentingan bangsa dan negara.
Setelah alhamdulillah mendapat amanah sebagai ketua umum PB HMI 2013-2015, sayapun memilih untuk fokus mengemban tugas dan tanggung jawab ke-HMI-an. Saya letakkan sementara karir di bidang kedokteran gigi. Pada momen inilah terjadi persimpangan pilihan karir versus pintu – pintu peluang yang terbuka.
Persimpangan pilihan kedua terjadi manakala saya dibebankan amanah untuk menjadi komisaris Bank Syariah Mandiri. Profesi ini tentu sangat jauh dari karir yang awalnya saya bangun saat jadi dokter gigi. Namun, setelah saya refleksikan lagi, jalan menuju Bank Syariah Mandiri (BSM) justru sudah dipersiapkan oleh Sang Maha Penentu Takdir.
Singkat cerita, pada masa sebelum BSM – dan kini Bank Syariah Mandiri- saya banyak dipertemukan dengan sosok maupun komunitas yang membuat saya “terjerembab” ke ekosistem ekonomi syariah. Sayapun terlarut ke dalam berbagai program dan inisiatif untuk mendorong ekonomi keumatan. Terlebih lagi, di masa – masa itu, datang pula amanah bagi saya untuk menggerakkan sektor kepemudaan di Dewan Masjid Indonesia (DMI).
Sang Khalik juga banyak memberikan kesempatan untuk saya menggali ilmu dan berinteraksi dengan tokoh – tokoh kunci ekonomi dan perbankan syariah di negeri ini.