Pada tengah minggu hingga jelang akhir pekan ini, saya berkesempatan mengikuti safari Ramadan bersama Ketum Golkar sekaligus Menteri ESDM, Bang Bahlil Lahadalia.
Kami berziarah ke makam para tokoh dakwah, mulai dari makam Abuya Habib Hasan bin Ahmad Baharun, hingga ke makam K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Abdul Wahid Hasyim, serta K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Jika pada Ramadan tahun lalu saya melaksanakan umrah ke Makkah dan Madinah, maka tahun ini, pelajaran religi dan kebangsaan Alhamdulillah dapat saya petik dari safari Ramadan ke Jawa Timur ini.
Setidaknya ada empat nilai yang saya pelajari dari interaksi dan mendengarkan nasihat-nasihat para senior maupun para pimpinan pondok pesantren;
Pertama, soal ‘di atas langit masih ada langit’. Prestasi atau pujian mungkin menciptakan bias sehingga kita merasa besar. Perasaan ini perlu disisihkan agar kita terus belajar, menghargai, dan menempa diri.
Kedua, singkirkan benci atau perasaan negatif.
Ketiga, berikan rahmat atau kasih kepada siapapun.
Keempat, jadilah, usahakanlah diri ini menjadi yang terbaik untuk keluarga, niscaya akan juga diterima baik oleh sesama, dan kembali kasih sayang Allah akan menuju kita.
Alhamdulillah, safari di pertengahan Ramadan ini insya Allah memperkuat lagi ibadah untuk meraih pahala terbaik di bulan suci ini. Amin ya rabbal alamiin.