Salah satu kebiasaan akhir pekan yang lazim kita jalani adalah kulineran. Bagi saya, kulineran di hari Minggu kemarin adalah jamuan khas rumah-rumah kerabat kita di timur Indonesia. Diundang oleh Kanda Bahlil Lahadalia ke rumah beliau, saya mendapat rezeki sajian istimewa berupa papeda dan ikan kuah kuning. 

Papeda adalah pengganti nasi, dengan kandungan karbohidrat dari tepung tanaman sagu. Tepung sagu biasanya dididihkan, lalu diaduk-aduk hingga mengental. Saat di meja makan, biasanya kita menggunakan sumpit di kedua tangan, lalu semacam mengintal papeda dan memasukan bulatan demi bulatan adonan ke piring makan kita. Untuk proses ini, saya jujur belum setangkas Bang Bahlil, sehingga butuh dibantu oleh beliau agar bulatan papeda meluncur sukses ke piring saya. 

Teman dari papeda biasanya ikan yang dimasak kuah, ataupun sayur bening seperti bayam bening, daun kelor, dan sejenisnya. Di meja makan kami siang itu juga tersaji ikan kuah yang dicampur cacahan kecil kunyit segar, sehingga kuah menjadi berwarna kuning – kami biasa menyebutnya dengan ikan kuah kuning. Bagi orang Sulsel, ikan kuah kuning sering disebut dengan pallumara. 

Selain papeda dan ikan kuah kuning, tuan rumah juga menyajikan ikan goreng kering. Semua ‘menu kampung’ ini di bawah arahan langsung istri Kanda Bahlil, Mbak Sri Bahlil. 

Selain jamuan khas rumah ‘orang timur’, momen makan siang kali ini juga mengingatkan saya tentang sosok Bang Bahlil yang selalu turun tangan membantu adik-adiknya. Saya, sebagai junior beliau dari HMI, merasa sikap beliau yang peduli, selalu membuka jalan, dan perhatian terhadap himpunan patut dicontoh oleh semua. Kiprah beliau secara kinerja profesional juga patut menjadi lecutan bagi kita semua untuk selalu bekerja keras dan amanah terhadap tanggung jawab yang diberikan. 

Beginilah sekilas sorotan di akhir pekan saya. Semoga rekan-rekan pembaca juga melewatkan akhir pekan menyenangkan, dengan sajian kuliner yang berkesan.