Arief Rosyid Hasan.

Tatkala kasus benur Lobster dan sembako menyeruak, salah satu tokoh bangsa dalam sebuah diskusi menyampaikan, “Itu belum seberapa dengan praktek yang selama ini berjalan di kementerian perdagangan”.

Saya tergelitik dan memberanikan diri bertanya, “Wah kok bisa begitu Pak? Gak bisa tertangkap Pak?” Beliau dengan yakin menjawab, “Sangat bisa, sudah seperti rahasia umum itu”.

Begitulah kurang lebih percakapan singkat dalam diskusi itu, sambil mengelus dada sampai kapan praktek seperti ini berjalan di Indonesia tercinta.

Berlangsung belasan mungkin puluhan tahun, hingga dengan segala konsekuensi turunannya. Melanggengkan praktek seperti ini sama saja memperpendek usia bangsa Indonesia.

Beruntung kita peroleh Presiden Jokowi yang selalu gelisah terhadap detil masalah bangsa ini. Beliau terus bergerak, tak henti, dan selalu mencari cara agar kita bisa menjadi Indonesia Maju.

Tentu beliau tak sempurna dan mustahil menyelesaikan seluruh persoalan. Tapi percayalah ditangan Presiden Jokowi beliau akan meletakkan pondasi yang kokoh buat bangsa ini di masa yang akan datang.

Lutfi dan Keberpihakan

Pagi ini terjadi pelantikan 6 Menteri  baru di Istana Negara, salah satu diantaranya M. Lutfi. Di Kementerian Perdagangan, namanya tak asing lagi, pernah menduduki kursi itu di tahun 2014. 

Tergolong sangat singkat, bukan apa-apa, beliau tentu saja memahami betul praktek yang terjadi di awal tulisan ini. 

M. Lutfi meski tak lahir dalam dunia aktivisme di Indonesia, tapi sejak lahir terpapar oleh semangat ayahnya Firdaus Wadjdi, aktivis pergerakan dan tokoh di eksponen angkatan 66. 

Dalam sebuah kesempatan diskusi Fordis Kahmi di Kahmi Center Jalan Turi, mungkin disekitar tahun 2014 ketika saya masih sebagai Ketua Umum PB HMI. 

Kanda Firdaus Wadjdi menggebrak meja dan dengan lantang menyampaikan “Indonesia harus benar-benar merdeka dari segala praktek yang memenjarakan kita untuk maju”.

Tiga jam yang singkat itu mengalir idealisme dan ketegasan almarhum Firdaus Wadjdi tentang Indonesia yang harus jauh lebih baik. Saya seketika membayangkan puluhan tahun M. Lutfi dididik dan ditanamkan semangat menggebu itu. 

Hingga di awal Februari 2019, saya mulai berkesempatan mendampingi M. Lutfi berkeliling ke banyak tempat. Bersilaturrahim dengan puluhan mungkin ratusan ribu pemuda Islam yang tersebar di seluruh Indonesia dalam kegiatan Rabu Hijrah.

Seperti tak jauh berbeda dengan ayahnya, beliau memancarkan sorot mata yang tajam ketika menjelaskan Indonesia. Beliau dengan sangat tegas bicara tentang perlunya keberpihakan pada umat dan bangsa. 

Baru beberapa bulan dilantik sebagai Dubes RI untuk AS, ketika fotonya beredar dengan cepat bersama Presiden Donald Trump. Beliau kembali mengabdi di Indonesia, waktu dan tempat dipersilahkan H.E. Bang Ofi!