Sebagai seorang aktivis, berbagai isu dan analisis terkini adalah makanan kami sehari-hari. Pembahasan berbagai isu tersebut pun memacu kami untuk terus membaca dan membuka cakrawala pada berbagai topik.
Layaknya menggeser perseneling pada kendaraan, aktivis harus melek isu kesehatan, pendidikan, ekonomi, energi, dan banyak lagi. Isu-isu ini menjadi basis dalam pengambilan kebijakan serta cara mencapainya – yang tak lain menjadi cakupan ilmu politik.
Oleh karena itu, saya merasa sangat bersyukur diberi kesempatan mengikuti pendidikan di Lemhannas, yang menambah satu lagi khazanah keilmuan yang esensial bagi aktivis: geopolitik.
Menariknya, kacamata geopolitik di Lemhannas ini didorong ke arah nasionalisme. Bahwa tantangan geopolitik kita terkait dengan komoditas penentu kemandirian bangsa: energi, pangan, dsb., sehingga penting bagi kita untuk menjaganya. Pentingnya memastikan kemandirian ini tak lain adalah esensi dari kenapa kita harus memiliki semangat nasionalisme.
Hal lain yang saya bawa dari Lemhannas adalah ketekunan dan pastinya, kedisiplinan. Selain mengikuti materi nyaris full-day, sejak jam 7.30 hingga sore hari, tiap materi juga menyisakan tugas-tugas, baik individu maupun kelompok.
Meski cukup lelah, namun saya menganggap, inilah bagian dari apa yang disebut “belajar sepanjang hayat”. Setiap fase hidup, harus kita isi dengna belajar dan terus belajar.
Masih ada setengah jalan lagi pendidikan Lemhannas ini, mohon doa dan dukungannya ya sahabat semua!